TINGKAT inflasi Lampung yang terkontraksi hingga mengalami deflasi year on year (yoy) 0,02 persen pada Februari 2025 tidak akan berlangsung lama. Diperkirakan inflasi kembali terjadi pada Maret ini seiring berakhirnya program diskon tarif listrik 28 Februari lalu. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Lampung diingatkan untuk mewaspadai laju inflasi pada kelompok barang pangan dan pendidikan yang berpotensi bergejolak pada Maret ini.
Perkiraan tersebut didasari perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung yang menunjukkan tidak adanya penurunan harga pada kelompok pengeluaran utama, seperti barang pangan dan pendidikan sejak awal tahun hingga akhir Februari. Dua kelompok ini tercatat menjadi penyumbang inflasi terbesar selama dua bulan terakhir.
Deflasi pada Februari 2025 lebih banyak disebabkan oleh adanya penurunan harga yang sangat tajam pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Kondisi itu sudah dimulai sejak Januari lalu, di mana tingkat inflasi berada pada persentase terendah 1,04 persen akibat tekanan indeks harga kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang merosot tajam pada periode Januari-Februari.
Kelompok ini pada Januari 2025 mengalami deflasi yoy sebesar 11,45 persen atau terjadi penurunan indeks dari 102,40 pada Januari 2024 menjadi 90,68 pada Januari 2025.
Penurunan pada kelompok ini juga menyebabkan inflasi month to month (mtm) Lampung Januari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,71 persen.
Tekanan akibat penurunan indeks pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga berlanjut pada Februari 2025 hingga mengalami deflasi sebesar 35,52 persen.
Kelompok ini memberi andil deflasi yoy sebesar 1,45 persen pada Januari dan Februari 2025 sebesar sebesar 1,99 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi yaitu tarif listrik sebesar 1,56 pada Januari 2025 dan 2,13 persen pada Februari.
Waspadai Gejolak Inflasi Maret 2025
Kendati tingkat inflasi mengalami tekanan selama dua bulan berturut-turut, laju inflasi pada Maret berpotensi mengalami gejolak yang disebabkan oleh naiknya harga barang pangan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok pendidikan.
Dua kelompok ini masih mengancam terjadinya gejolak inflasi yang dipicu oleh naiknya harga barang pangan selama ramadan hingga menjelang Lebaran dan naiknya harga barang untuk pendidikan.
Seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, sebanyak 9 Kelompok Pengeluaran mengalami inflasi pada Februari lalu. Rinciannya: 1. Kelompok makanan, minuman dan tembakau 2,31%
2. Kelompok pakaian dan alas kaki 2,35%
3. Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,64%
4. Kelompok kesehatan 2,56%
5. Kelompok transportasi 0,79%
6. Kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 4,62%
7. Kelompok pendidikan 5,64%
8. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,58%
9. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 5,45%.
Sementara pada Januari 2025, tercatat mengalami inflasi pada sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu:
1. Kelompok makanan, minuman dan tembakau 4,08%
2. Kelompok pakaian dan alas kaki 2,64%
3. Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,27%
4. Kelompok kesehatan 2,69%
5. Kelompok transportasi 0,50%
6. Kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 5,32%
7. Kelompok pendidikan 5,64%
8. Kelompok penyediaan makanan
dan minuman/restoran 1,59%
9. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 4,72 persen.(*)