Lampung (Netizenku.com) : Dikutip dari data perdagangan Reuters, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) di angka Rp 14.810, Kamis sore (6/9/2018).
Grafik pergerakan nilai tukar dolar AS tersebut tampak kontras dengan manuver pada hari kemarin, di mana nilai tukar dolar AS mencapai Rp 14.999.
Adapun sampai sore ini nilai tukar dolar AS bergerak dari level Rp 14.810 hingga 14.905.
Namun demikian mata uang rupiah masih mencatatkan depresiasi terdalam di antara mata uang negara ASEAN lainnya.
Imbas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjadi pada harga bahan baku utama tempe dan tahu yakni kedelai.
Di Kabupaten Purwakarta contohnya, harga bahan baku tahu dan tempe ini naik antara Rp 200-Rp 300.
kedelai kualitas nomor satu, pihak distributor menjual dengan harga mencapai Rp 8.100/kg yang sebelumnya Rp. 7.900/kg.
Sedangkan kualitas nomor dua dibanderol Rp. 7.800/kg yang sebelumnya Rp. 7.500/kg.
\”Dampaknya ada (dolar melonjak), tiga hari terakhir ini harga kacang kedelai sudah naik. Rata-rata dalam satu kilonya naik 300 rupiah,\” ujar Pupung Hermawan pedagang kedelai saat di temui di toko jualannya, Jalan Ibrahim Singadilaga, Purwakarta, hari ini.
Kedelai yang dijual di toko Pupung ini impor dari AS. Otomatis, saat dolar AS naik, harga kedelai ikut naik.
Meski dolar AS naik, Pupung tidak menambah pasokan lantaran khawatir nilai tukar fluktuatif.
\”Saya tidak mau ambil risiko. Jika beli kacang saat harga dolar turun, kemudian naik oke dapat untung. Khawatirnya jika menambah stok saat dolar tinggi tapi nilai dolar turun, kita yang rugi,\” kata Pupung.
Meski demikian, transaksi di toko milik Pupung masih normal.
\”Murah atau mahal tetap dibeli, tapi akan berdampak pada perajin tahu-tempe, ya menaikkan harga atau memperkecil ukuran,\” kata Pupung. (dtc/lan)