Bandarlampung (Netizenku.com): Lengkung Langit di Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling sejak dilaunching pada akhir November lalu menjadi destinasi wisata favorit masyarakat Kota Bandarlampung dan sekitarnya.
Berada di kawasan perbukitan, destinasi wisata Lengkung Langit menawarkan pemandangan alam kota Bandarlampung dan Pesawaran.
Akses jalan beraspal membuat Lengkung Langit bisa ditempuh dengan semua jenis kendaraan termasuk bus berukuran besar dengan jarak tempuh sejauh kurang lebih 10 KM dari titik nol kilometer Bundaran Gajah Tugu Adipura.
Pengelola Lengkung Langit, Dito Dwi Novrizal, mengaku membutuhkan dukungan pemerintah kota setempat untuk memfasilitasi marka atau penunjuk jalan menuju Lengkung Langit.
Ditambah lagi dengan jam operasional dari pukul 10.00 – 22.00 WIB, akses menuju Lengkung Langit membutuhkan lampu penerangan jalan di malam hari.
Dito menjelaskan selama masa liburan Natal ini, kunjungan wisatawan mencapai 1.500-2.000 orang perhari.
\”Kita mengusung konsep wisata murah dengan harga tiket masuk Rp10.000 sudah dapat softdrink. Kita tekan harga kuliner semurah mungkin agar mereka tetap jajan ditambah lagi pertunjukan musik akustik setiap pukul 19.30 WIB,\” kata Dito kepada Netizenku, Minggu (27/12) siang.
Khusus di akhir pekan, lanjut Dito, pengunjung lebih banyak dari Bandarlampung dan kawasan penyangga seperti Panjang, Natar Lampung Selatan, Pringsewu, Pesawaran, dan Kota Metro.
\”Warga Bandarlampung sebagian besar hampir 40 persen, sisanya dari luar seperti Palembang, Jambi, Jakarta, dan Bandung,\” ujar dia.
Selain Lengkung Langit sebagai destinasi baru, Kelurahan Pinang Jaya juga memiliki bendungan peninggalan Belanda yang dapat dijadikan wisata sejarah.
Tempat penampungan air warisan sejarah ini, pada masanya, pernah dipakai untuk menyuplai air ke Tanjungkarang.
Dito mengatakan pihaknya mengajak masyarakat setempat melalui kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang baru terbentuk pada awal Desember kemarin untuk bersama-sama membangun perekonomian warga.
\”Destinasi butuh daya dukung dari masyarakat. Kita memfasilitasi diskusi dengan Pokdarwis, dan menawarkan kepada mereka untuk membuat suvenir yang kita bundling dengan tiket supaya bisa dapat income atau kalau mereka punya paket wisata bisa kami jual,\” kata dia.
Sementara untuk produk yang dihasilkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) Lengkung Langit membuka diri sebagai etalase produk usaha lokal.
\”Kita bisa siapkan space untuk produk mereka. Kita sudah tracking produk lokal untuk bisa kita kembangkan bersama, Lengkung Langit bisa jadi etalase,\” ujarnya.
Bahkan saat ini tersedia 7 tenan kuliner yang dikelola warga Pinang Jaya dan Kemiling.
\”Untuk yang di luar, kita berharap pemerintah daerah dapat menyediakan bangunan permanen dengan nuansa kearifan lokal sebagai tempat berjualan. Bahkan parkir kendaraan kita serahkan kepada warga untuk dikelola dan menjadi pendapatan pemerintah setempat,\” katanya.
Lengkung Langit memanfaatkan lahan seluas 1.400 meter persegi dengan kapasitas maksimal pengunjung 400-500 orang sehingga terlalu kecil untuk mass tourism.
Untuk menjalan protokol kesehatan Covid-19, manajemen melakukan sistem buka tutup, 10 orang keluar, 4 orang masuk, supaya tidak berkerumun dan ada ruang untuk jaga jarak.
\”Protokol kesehatan tetap jalan dengan cuci tangan, cek suhu tubuh, jaga jarak serta imbauan di sekitar destinasi,\” ujar dia.
Dito berharap pemerintah kota mulai berbenah dalam memajukan dunia pariwisata dengan banyaknya jumlah kunjungan wisatawan.
Dia mencontohkan wisatawan luar daerah asal Jambi dan Palembang yang mulai mengunjungi Bandarlampung karena kemudahan akses infrastruktur jalan.
\”Artinya tinggal daya dukung akses untuk ke destinasi dan penambahan atraksi kota supaya membuat mereka lebih lama tinggal dan menambah okupansi atau jumlah hunian hotel.
Kota Bandarlampung diharapkan menjadi hub atau kota penghubung untuk destinasi wisata di sekitar kota seperti Pesawaran.
\”Silahkan mereka berwisata ke Pesawaran tapi kemudian mereka balik lagi ke Bandarlampung. Dengan masa okupansi yang lebih lama di satu titik, semua destinasi wisata akan hidup dan meningkatkan perekonomian yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,\” tutup Dito. (Josua)