Lampung menatap 2025 dengan penuh keyakinan. Pencapaian investasi yang terus menanjak menjadi cerminan dari kepercayaan dunia usaha terhadap stabilitas dan ketahanan ekonomi daerah ini. Hingga pertengahan tahun, pertumbuhan ekonomi Lampung mencapai 5,09 persen, sedikit di atas rata-rata nasional, sebuah capaian yang menegaskan daya dorong sektor riil Lampung tetap kuat di tengah dinamika global.
Motor penggeraknya pun kokoh, pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi yang terus melaju, memperlihatkan daya tahan luar biasa dari fondasi ekonomi daerah.
Lebih menggembirakan lagi, inflasi Lampung terjaga di kisaran 2,6–2,8 persen, menandakan daya beli masyarakat yang stabil dan sistem distribusi pangan yang semakin efisien. Kestabilan harga ini menjadi bukti nyata bahwa ekonomi Lampung tumbuh bukan hanya di angka statistik, tapi juga terasa di dapur rumah tangga.
Dari sisi ekspor, kinerja perdagangan luar negeri Lampung terus menanjak. Komoditas unggulan seperti kopi, nanas olahan, udang, CPO, dan karet menjadi bintang utama. Kini, ekspor Lampung tak hanya mengandalkan volume, tetapi juga menonjol dalam kualitas dan nilai tambah, seiring tumbuhnya produk-produk olahan yang berdaya saing global. Di balik capaian gemilang ini, ndustrialisasi atau hilirisasi menjadi kata kunci transformasi ekonomi Lampung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di bawah kepemimpinan Gubernur Mirzani Djausal, arah pembangunan Lampung semakin jelas, berorientasi pada nilai tambah, berkelanjutan, dan menciptakan lapangan kerja baru.
Melalui berbagai proyek strategis, seperti Bandar Lampung Agripark Kemiling, pemerintah membangun ekosistem riset dan industri pangan terpadu yang memperkuat rantai pasok pertanian modern.
Tak berhenti di situ, pembangunan PLTS Bendungan Way Jepara menjadi tonggak penting komitmen Lampung menuju energi hijau dan investasi berkelanjutan. Sektor energi baru dan terbarukan kini tumbuh pesat, menjadikan Lampung magnet baru bagi investor global yang peduli lingkungan dan masa depan bumi.
Potensi hilirisasi juga terus melebar. Komoditas andalan seperti singkong, kopi, nanas, dan udang tengah diarahkan ke industri lanjutan, mulai dari bioetanol dan E-10 berbasis singkong, kopi olahan premium dan ekstrak ekspor, hingga produk makanan dan minuman modern berbasis riset lokal.
Inisiatif ini bukan hanya memperkuat struktur ekonomi, tetapi juga memperluas kesejahteraan masyarakat. Lampung kini membangun ekonomi yang tumbuh dari desa, bertumpu pada sektor riil, dan menatap pasar global. Kelak, Koperasi Merah Putih di semua desa akan menjadi penyokong utama.
Inilah wajah baru Lampung. Daerah yang tak sekadar tumbuh, tetapi juga tumbuh dengan arah, nilai, dan makna.
Sebuah pertumbuhan inklusif yang benar-benar dirasakan masyarakat, karena Lampung tidak hanya bergerak cepat, tetapi juga bergerak bersama. ***








