Di tengah merebaknya organisasi pers di Bumi Lampung, Pemred Club menyelusup. Tapi dia bukan penumpang gelap, meski hadir tanpa AD/ART atau sederet aturan yang pada akhirnya malah terasa “memasung” eksistensi. Pemred Club mengemban visi sederhana saja. Berupaya menjalankan khitah jurnalis sebagaimana mestinya.
Bandarlampung (Netizenku.com): HERMAN Batin Mangku, juga dikenal dengan sebutan HBM, merindukan bisa menghirup kembali atmosfer redaksional yang dinamis. Sebuah harapan yang sesungguhnya tidak berlebihan bagi jurnalis. Karena sejatinya sebagai pelaku pers, suasana diskusi dan saling menyuguhkan data serta fakta, merupakan menu utama bagi siapa pun yang berkutat di dunia jurnalistik.
“Tapi herannya, saya semakin langka mendapati suasana hangat layaknya ruang redaksi yang sesak oleh lalu lalang percakapan dialogis. Saya malah sering terjebak menjumpai situasi keseragaman. Informasi yang berseliweran relatif senada. Tanpa disadari rutinitas seperti ini, bila terus diikuti, bukan tidak mungkin bakal menggiring pola pikir saya untuk berperilaku serupa. Menulis berita hanya menjadi kebutuhan memenuhi konsekuensi MoU. Atau membuat berita hanya kepingin menghamba pada SEO yang dikehendaki oleh algoritma google, misalnya,” kata Herman, membuka diskusi yang dikemas dengan buka puasa bersama di Bassle Cafe, Jalan Pulau Legundi, Sukarame, Bandarlampung, Sabtu (8/3/2025) malam.
HBM, menambahkan, sejatinya tidak ada yang keliru dengan kedua hal tersebut. Karena kedua variabel itu tidak bisa dipungkiri sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari media yang notabene juga sebagai lembaga bisnis. Hanya saja dia merasakan ada sesuatu yang pelan-pelan, entah disadari atau malah tanpa disadari, semakin tercerabut dari akarnya.
“Saya kok melihat ada yang sudah atau setidaknya mulai bergeser dari fondasi awal bangunan jurnalistik yang konstruksinya sudah dituliskan dalam UU Pers termasuk kode etik jurnalistik. Kita, sesama insan pers, sudah terlampau jarang mendiskusikan lalu menuliskan hal-hal krusial yang menyentuh kepentingan publik sekalipun. Ada banyak contoh tentang itu. Seperti mengulas tandas persoalan infrastruktur, sampah dan banjir yang hari-hari belakangan ini sudah membikin kita semua tersentak,” urai Pemred Hello Lampung ini.
Kabar buruk lainnya, sambung lulusan Fakultas Pertanian Unila ini, kegundahan serupa juga turut dirasakan beberapa jurnalis lain. Bahkan juga oleh para pimpinan media. “Kegelisahan yang bertemu dengan kegelisahan yang sama itulah yang akhirnya mengikat kami untuk bersepakat berhimpun dalam Pemred Club,” ungkap Herman, seraya menjelaskan Pemred yang dimaksud adalah Pemimpin Redaksi.
Namun, lanjutnya, pemaknaan yang dipakai Pemred Club tidak selalu leterlek mesti sudah mengantongi sertifikat UKW Utama, sebagaimana persyaratan yang ditentukan Dewan Pers bagi penyandang predikat pemred di sebuah media. “Kami juga punya definisi tersendiri dalam memandang status tersebut. Bagi kami, jurnalis yang sudah memiliki wawasan serta pemahaman setara pemred, walau belum mengikuti UKW Utama sekalipun, bisa turut bergabung di Pemred Club.
Saat disinggung pembeda Pemred Club dengan organisasi pers lainnya, Herman menyahut, pembeda paling kentara adalah ketiadaan ketua, anggaran dasar/anggaran rumah tangga, serta alamat sekretariat. “Silakan disebut ini organisasi tanpa bentuk atau sebutan lainnya. Tapi perihal visi dan misi kami ada. Yang paling mendasar visi kami berupaya kembali pada khitah jurnalistik yang menjadi kesepakatan semua insan pers”.
Namun demikian, masih menurut Herman, Pemred Club tidak mengklaim sebagai wadah yang paling ideologis bagi insan pers. Dirinya berkali-kali menyebut justru orang-orang yang terhimpun di dalam Pemred Club sedang saling menguatkan satu sama lain, untuk bersama-sama meniti langkah dalam menjalankan kerja-kerja jurnalistik sesuai khitah yang telah digariskan. “Kami justru ingin menjadi insan pers pembelajar. Terus belajar menjadi jurnalis seperti yang diharapkan publik.
Pada kesempatan kali pertama menggelar rembukan di lingkup Pemred Club itu hadir Hendri Std (Netizenku.com), Abung Mamasa (Kandidat), Adolf Ayatullah Indrajaya (Lampung Ekspres), Amuri (Tinta Informasi), Tika dan Nofriansyah (Bongkar Post), serta Pinnur Selalau (RadarCyberNusantara). Pemred Club juga di antaranya berisikan Ferdi Gunsan, Munizar dan Yulizar Kundo. (*)