Sudah banyak gelaran pemilihan kepala daerah di Lampung. Mulai dari level kabupaten hingga pemilihan gubernur. Tak pelak sederet nama silih berganti menduduki kursi kepemimpinan dari kontestasi tersebut. Tapi hanya ada satu nama yang tak tergantikan. Tak lekang oleh periode. Tetap tercium aromanya. Acapkali diperbincangkan. Siapa lagi kalau bukan Sugar Group Companies atau akrab disebut SGC.
Bandarlampung (Netizenku.com): Banyak yang menyebut SGC kerap ikut cawe-cawe pada beberapa hajatan pesta demokrasi, terutama di perhelatan pemilihan gubernur. Tak sedikit kalangan yang bisik-bisik menggunjingkan SGC sebagai bohir salah satu kandidat, atau malah mencukongi semua kandidat cagub, kendati besaran porsinya berbeda satu sama lain.
Dengan narasi demikian yang terbangun di tengah publik, tak terlalu heran bila kemudian merebak konotasi tendensius terhadap perusahaan gula yang berdiri sejak 1983 itu. Hanya saja biarpun kasak-kusuk tentang sepak terjang SGC di pelbagai kontestasi politik kerap didengungkan, terutama setiap kali menjelang pilgub, tidak sekali pun Bawaslu menyemprit SGC.
Benarkah ada kesenjangan antara sudut pandang sebagian publik dengan perspektif Bawaslu? Entahlah.
Namun belajar dari sengketa pilpres yang baru lewat, kendati sebagian publik menuding proses pilpres sudah keblinger sejak awal dan terus berlanjut sampai proses pencoblosan dan penghitungan surat suara, Mahkamah Konstitusi tetap punya keputusan sendiri. Dalilnya mesti dipatuhi semua pihak. Keabsahan pilpres pun tak terbantahkan lagi.
Beranjak dari fenomena ini, maka akan terasa bijak bila publik di Lampung berkenan bersikap serupa, berhenti menyoal SGC hanya dari sudut pandang kacamatanya sendiri. Sebab hingga sekarang tidak ada poin yang dapat menunjukkan ada cawe-cawe SGC yang berkadar ‘dosa’. Atau bila itu dirasa berat, setidaknya berkenan melihat sisi lain dari gestur SGC. Mungkin bisa terlihat aksi tubuh SGC yang menunjukkan sinyal-sinyal kontribusi bagi daerah.
Ironi lainnya, kendati tidak pernah ada sanksi hukum yang distempel ke SGC, namun semua kandidat pilgub Lampung seperti alergi bila disebut punya hubungan dengan SGC. Bahkan biarpun ada rekam jejak digital yang memperlihatkan bos SGC, Purwanti Lee atau akrab disebut Nyonya Lee, pernah satu panggung kampanye dengan salah satu kandidat gubernur sekalipun.
Penyanggahan serupa itu mirip koor yang kerap meluncur dari setiap mulut kandidat pilgub. Pendek kata mereka terkesan tak sudi mengakui. Namun pakem ini seakan dirobohkan oleh Umar Ahmad.
Mantan Bupati Tulangbawang Barat (Tubaba) ini, yang sedang merintis jalan menuju kontestasi pilgub November medatang, justru bersikap sebaliknya. Tanpa tedeng aling-aling dia tidak menampik disebut memiliki relasi dengan SGC. Kepada wartawan yang mengerubutinya pasca launching Rumah Bersama (Sabtu, 11/5/2024), Umar Ahmad mengakui banyak pihak yang mengkaitkan dirinya dengan SGC.
“Tak dipungkiri memang banyak orang yang mengkaitkan saya dengan Sugar Group.
Mungkin juga banyak orang yang menghindar ketika dikaitkan dengan SGC. Tapi satu hal yang perlu kawan-kawan wartawan catat. Sesungguhnya ada visi kebaikan yang selalu dibawa Sugar Group di tanah ini. Contoh, mereka membangun kampus di Tubaba dengan investasi ratusan miliar,” ungkap Umar Ahmad.
Dia juga menyodorkan perspektifnya untuk tidak melihat SGC hanya dari satu sisi. Umar bilang, jangan pernah dilihat seolah-olah SGC hanya ikut-ikutan di dalam soal pilkada. Sebaliknya, Umar mengaku justru telah melibatkan SGC pada berbagai kegiatan yang bernilai menumbuhkan kebaikan bagi Provinsi Lampung. “Kalau tujuannya untuk Lampung, tak segan-segan, pasti saya lakukan,” tegasnya.
Tak berhenti sampai di situ. Secara terbuka Umar Ahmad pun menyebut bahwa kebijakan dan visi masa depan yang dia miliki hari ini, tidak terlepas dari peran SGC. “Saya menjadi saksi atas banyak hal positif yang mereka (SGC) lakukan untuk Lampung,” sergahnya.
Tak banyak, mungkin, orang yang memilih sikap gentleman dalam persoalan ini. Tapi Umar Ahmad setidaknya lebih enggan bersikap munafik (di balik punggung tangan menerima, di depan pasang raut muka menentang) ketimbang mengakui punya sinergi dengan SGC demi berkontribusi untuk Lampung.
Pilih mana, orang munafik dan mencicipi manis buat kepentingan pribadi dan kelompoknya sendiri atau orang bersikap terbuka dan berupaya demi kemaslahatan bersama? Pilihan ada di nurani Anda. (*)