Perdagangan luar negeri Lampung kembali memberi kabar menggembirakan. Pada September 2025, nilai ekspor daerah ini menembus US$544,95 juta, sementara impor tercatat US$117,27 juta. Dengan demikian, neraca perdagangan Lampung mencatat surplus besar sebesar US$427,68 juta. Surplus ini ibarat layar yang mengembang, menangkap angin keberuntungan di samudra ekonomi global.
Angka surplus ini bukan sekadar hasil perhitungan devisa, tetapi cerminan daya tahan ekonomi Lampung di tengah gelombang ketidakpastian dunia. Dari Pelabuhan Panjang hingga ladang-ladang kopi di Liwa, denyut ekonomi Lampung terasa serempak. Komoditas andalan seperti minyak nabati, kopi, dan produk olahan pertanian menjadi arus utama ekspor, mengalir melampaui batas geografis dan mengukuhkan posisi Lampung sebagai salah satu pintu ekspor penting di Sumatera.
Sementara itu, nilai impor yang relatif rendah menunjukkan efisiensi struktur ekonomi daerah. Bukan semata karena pembatasan, melainkan karena semakin banyak kebutuhan industri yang bisa dipenuhi dari dalam negeri. Ibarat kapal yang mulai membawa muatan dari dermaganya sendiri, Lampung menunjukkan tanda-tanda kemandirian yang semakin nyata.
Namun, angin baik juga butuh kemudi. Surplus besar ini akan lebih bermakna bila diiringi penguatan industri hilir, agar Lampung tidak sekadar mengekspor hasil bumi mentah, tetapi juga nilai tambah dari kerja dan inovasi warganya. Hilirisasi bukan hanya jargon, melainkan cara agar setiap butir kopi, setiap tetes minyak, membawa kisah kemakmuran yang lebih panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Surplus perdagangan Lampung menjadi penanda bahwa ekonomi daerah tak lagi terombang-ambing di perairan global, melainkan mulai mengatur arah layar sendiri. Bila momentum ini dijaga, Lampung bukan hanya akan dikenal sebagai lumbung ekspor, tetapi juga sebagai daerah yang pandai membaca angin dan berlayar dengan percaya diri menuju masa depan yang lebih makmur.***








