Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Seratus karya lukis anak-anak Tulangbawang Barat (Tubaba), ditampilkan dalam ajang festival Tubaba yang dipamerkan di Gedung Sesat Agung Bumi Gayo Komplek Islamic Center Kabupaten Tulangbwang Barat.
Hasil karya anak-anak dari usia PAUD hingga pelajar tersebut beragam corak yang dihadirkan, mereka tidak dibantu dalam pembuatannya, mereka diberikan kebebasan untuk memilih warna yang akan mereka pakai, dan garis yang mereka tarik sehingga menjadi karya seni dalam media kertas dan canvas. Namun, mereka tetap didampingi dan diberikan pembinaan dan workshop selama tiga tahun ini.
\”Ini memberikan pendidikan karakter bagi anak, ketika mereka mendapati sebuah pilihan mereka tidak kemudian harus bertanya. Ini yang sudah mulai dilupakan,\” ungkap Hanafi Pimpinan Studio Hanafi, yang juga turut andil dalam kegiatan Festival Tubaba saat memberikan sambutan sebelum serombongan pejabat dan pengunjung, bupati dan wakil bupati melihat hasil karya seni lukis, Sabtu (10/11)
Hanafi mengatakan, pengenalan pertama anak-anak Tubaba terhadap seni rupa terjadi pada program pelajaran menggambar, persepsi awal mereka terhadap seni rupa, bahkan mugkin seni secara umum mereka dapatkan dari program ini.
\”Oleh sebab itu, Studio hanafi selalu menjaga agar setiap pemberian pemahaman tentang seni mesti dimulai dari kondisi di sekitar mereka dan tidak mengimitasi apa yang ada di luar Tubaba. Dengan begitu, mereka belajar untuk berfikir sesuai kondisi dimana ia berdiri,\” terangnya.
Sementara Bupati Tubaba Umar Ahmad, pada pembukaan Festival Tubaba ke-3 tahun memberikan apresiasi atas terselenggaranya Festival Tubaba yang berlangsung selama tiga tahun ini, diharapkan sebuah festival yang akan menjadi besar kedepannya.
Memasuki tahun ke-tiga penyelenggaran adalah suatu capaian yang berharga, telebih festival ini dibangun diatas wilayah pemekaran yang semua pembangunan fisik maupun mental mesti dimulai dari pangkal.
Menurut Umar, Tubaba dibangun di atas jalan kebudayaan. Berbagai pembangunan, baik fisik ataupun mental, senantiasa dengan mempertimbangkan aspek budaya.\”Ada banyak program pembangunan yang dilakukan. Beberaoa diantaranya kegiatan literasi, pelatihan musik, tari, musik, seni rupa, dan sebagainya dan semuanya dilakukan secara berkala,\” paparnya.
Festival Tubaba, kata Umar, adalah etalase untuk melihat perkembangan itu semua. Sebagai festival, yang dirayakan adalah proses dan perkembangan.\”Festival ini tidak ditujukan sebagai hasil akhir dari kerja kebudayaan di Tubaba, tetapi proses untuk berkembang lebih baik,\” pungkasnya.
Usai menyampaikan apresiasinya, bupati dan ketua adat megow pak Tulangbawang Herman Artha, memimpin pemukulan gong sebagai tanda dibukanya festival Tubaba yang akan berlangsung hingga 13 November mendatang ini.
Sementara itu, Semi ikra Anggara, direktur Festival Tubaba, dalam sambutannya sebagai panitia mengatakan, pada Festival Tubaba ke-3 ini adalah representasi setelah tiga tahun berlatih yang dilakukan oleh para remaja, pelajar, anak-anak hingga dewasa belajar berkesenian yang dipandu oleh pelatih seni yang sengaja didatangkan dari luar daerah.
\”Dan pada hari ini akan kita lihat seluruh presentasi akhirnya hasil pelatihan kesenian yang telah dijalankan, harapan kami pementasan ini tidak dilihat sebagai produk semata, melainkan sebagai sebuah proses yang belum menjadi,\” ujarnya.(arie)