Namanya Margaret Thatcher. Sosok Thatcher adalah perdana menteri perempuan pertama di Inggris, sekaligus pemimpin perempuan pertama di Benua Eropa.
Thatcher yang menggeluti ilmu kimia di perguruan tinggi dan menggandrungi politik di realita kehidupan tidak hanya sekadar menjabat perdana menteri. Tapi dia seakan tangguh menggenggamnya. Tak pelak 3 periode (1979 hingga 1990) tahta terhormat itu dia duduki dengan kokoh. Sekokoh kebijakannya yang tak kenal gentar. Pun terhadap kekuatan Uni Soviet (kini Rusia) yang dikenal mendominasi kekuatan politik dan persenjataan dunia ketika itu.
Malah, saking kagumnya dengan keberanian perempuan yang satu ini, Krasnaya Zevzda (Bintang Merah) yang merupakan suratkabar harian militer Soviet, membuat berita tentang Thatcher. Kurang lebih judulnya “Si Perempuan Besi Timbulkan Kekhawatiran”. Tanpa dinyana julukan itu melekat kekal pada Thatcher; “Iron Lady”.
Lantas apa hubungan antara sepak terjang Margaret Thatcher Sang Iron Lady dengan Umar Ahmad yang juga tercatat telah beberapa periode memimpin Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) dan kini tengah bersiaga menyongsong kontestasi politik sebagai calon Gubernur Lampung?
Hubungannya relatif. Bahkan, kendati kapasitas dan masa berkiprah berbeda, keduanya memiliki kesamaan sebagai sosok fenomenal pada ranahnya masing-masing. Tetap ada benang merah yang bisa ditarik.
Terkait dengan itu penulis teringat ucapan Umar Ahmad, sesaat setelah dirinya menerima deklarasi dukungan dari lembaga Humanika untuk maju di pilgub mendatang.
Ketika itu Umar bilang, “Kalau ditanyakan secara pribadi apakah siap maju pilgub? jawaban saya tetap tidak berubah. Saya tidak siap. Tapi kalau pernyataannya bahwa kita memiliki kegelisahaan yang sama terhadap kondisi Lampung hari ini dan bertekad bersama-sama ingin memperbaikinya, maka dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim saya siap bergerak untuk memajukan Provinsi Lampung”.
Dia lantas menambahkan, untuk itu perlu diinventarisir seberapa banyak orang atau pihak yang memiliki kegelisahan serupa dan kemudian tertarik melakukan perubahan secara bersama. “Barisan itulah yang sejatinya akan menjadi Pasukan Lampung yang akan bergerak konkrit membangun Lampung”.
Dengan kata lain, saat itu Umar ingin menggarisbawahi, bahwa gerakan yang dilakukan secara bersama-sama oleh “Pasukan Lampung” hendaknya jangan berorientasi hanya sekadar menjadikan dirinya sebagai gubernur. “Tapi bagaimana proses ini dapat terkristalisasi menjadi sebuah gerakan yang pada akhirnya bertujuan membangun Lampung.”
Demikianlah niatan Umar yang sudah terucapkan. Di sinilah korelasi antara Umar Ahmad dan petuah Sang Iron Lady terlihat. Tak ubahnya gayung bersambut. Apa itu?
Dulu Margaret Thatcher pernah berpesan;
“Jagalah pikiranmu, karena itu akan menjadi kata-kata. Hati-hati dengan ucapan, karena mereka akan menjadi nyata. Jagalah tindakanmu, karena itu akan menjadi kebiasaan. Jagalah kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu. Dan jagalah karaktermu, karena itu akan menjadi takdirmu. Apa yang kita pikirkan, kita jadinya”.
Jika niatan di benak dan hati Umar Ahmad sudah terucap, ingin bergerak bersama orang-orang yang menyimpan kegelisahan lantaran prihatin dengan kondisi Lampung hari ini, kiranya ucapan itu telah berproses menjadi nyata.
Itu setidaknya kentara dari mulai merebaknya perbincangan publik seantero Lampung tentang Umar Ahmad yang hendak maju pilgub. Tak sebatas berucap, sebagian bahkan telah melangkah nyata dan secara swadaya memasang baliho Umar Ahmad di berbagai titik strategis dan pada momentum startegis pula, menjelang Idul Fitri.
Fenomena itu bisa dibaca telah berlangsungnya transformasi sikap. Bila sebelumnya banyak kalangan yang mengajukan pertanyaan, apakah Umar Ahmad akan maju pilgub, kini pertanyaan itu telah bersalin rupa menjadi “pernyataan” sikap dukungan.
Mungkinkah juga tekad Umar Ahmad yang ingin membawa harkat martabat Lampung ke posisi lebih layak merupakan cerminan karakternya? Sebentuk karakter yang bergerak demi kebersamaan.
Kalau kembali mengutip penutup dari petuah Margaret Thatcher tadi, “Jagalah kebiasaanmu karena itu akan menjadi karaktermu. Dan jagalah karaktermu karena itu akan menjadi takdirmu. Apa yang kita pikirkan, kita jadinya”, agaknya pesan ini bisa dijadikan panutan oleh Umar Ahmad dan para pendukungnya bila harapan ingin menjadi kenyataan, sebagai takdir.
Tentunya dengan catatan konsisten pada niat awal. Merubah kondisi Lampung yang memprihatinkan menjadi Lampung yang semestinya. (*)