Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke 16, pernah bilang, “Semua orang bisa tahan dengan kesengsaraan, tapi bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan”. Sekarang Lampung memang dipimpin seorang penjabat gubernur. Tapi dia tetap penguasa. Kendati ada embel-embel sementara sekalipun. Mari kita tengok tabiatnya.
(Netizenku.com Network): SAMSUDIN, mantan guru SMA Al-Kautsar dan SMAN 2 Bandarlampung, ini dilantik sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Lampung pada 19 Juni 2024. Hanya dalam hitungan hari -tepatnya selang 4 hari- dia sudah bersua Walikota Bandarlampung Eva Dwiana. Apa istimewanya? Bukankah wajar (Pj) gubernur bertemu walikota.
Benar, kalau segala sesuatunya termasuk hubungan antara gubernur dan kepala-kepala daerah kabupaten/kota di Lampung dalam keadaan ideal. Tapi khalayak bisa bercermin dari bagaimana relasi yang terbangun di era 2 gubernur sebelumnya. Hubungan mereka jauh dari suasana harmonis. Terlebih pada rezim Gubernur Arinal. Publik juga paham bagaimana gubernur bersikap pada Walikota Eva. Hangat-hangat kuku, kalau tidak ingin menyebut kerap tarik ulur.
Tapi seakan cepat paham dengan konstelasi yang tidak kondusif itu, Pj Gubernur Samsudin langsung mengambil sikap. Sangat mungkin dia menilai situasi serupa itu tidak elok dipertahankan. Dengan enteng dia pun melangkahkan kaki ke acara jalan sehat HUT ke-342 Kota Bandarlampung pada Minggu (23/6/2024) silam.
Seakan tak cukup meneguhkan kesan telah mencairnya hubungan pemprov dan pemkot, Samsudin kembali menemui Eva Dwiana. Lagi-lagi inisiatif muncul dari dirinya. Samsudin menyambangi ruang rapat walikota. Untuk kedua kalinya kedua pemimpin itu bertemu di Selasa (30/7/2024) yang pastinya merupakan hari cerah bagi Eva Dwiana.
Untuk rangkaian kedua momentum tersebut kita mesti sportif mengacungkan jempol buat Samsudin. Kiranya dia paham soal silaturahmi. Lebih dari itu, dia menyadari hubungan gubernur dengan bupati serta walikota memang sepatutnya komunikatif. Tidak boleh ada egosentris yang mengganduli kaki masing-masing untuk saling menjaga jarak.
Apalagi, secara geografis, Pemprov Lampung tidak punya “wilayah konkrit” mengingat 15 kabupaten/kota berada di bawah kepemimpinaan dan koordinasi kepala daerah masing-masing. Pemprov Lampung hanya perekat sekaligus dirigen untuk menjaga dinamika masing-masing daerah agar tetap senada seirama dalam balutan Provinsi Lampung. Tidak lebih daripada itu.
Gerakkan menyejukkan ala Samsudin ini ternyata tidak sebatas itu. Kalau melihat agenda yang dirilis Diskominfotik Pemprov Lampung, hari-hari Pj Gubernur padat oleh kegiatan. Anjang sana, anjang sini. Bertemu banyak pihak. Dan itu tidak melulu seremonial.
Tengok saja ketika dia kunjungan kerja ke Kabupaten Tulang Bawang. Dia meninjau Gudang Bulog untuk memastikan kesiapan ketahanan pangan Lampung. Padahal, kepala daerah ini tidak pernah berjanji seperti pemimpin Lampung sebelumnya yang kerap gembar-gembor menyodorkan kata: Jaya!…jaya!…jaya!!!
Kesan humanis juga kentara saat Samsudin blusukan ke pasar tradisonal di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dia juga menghampiri aktivitas ibu-ibu di posyandu dan menghadiri pasar murah UMKM. Satu lagi, Samsudin masih sempat mengulurkan bantuan kepada pemilik kios yang mengalami kebakaran.
Nuansa out of the box dari protokoler ketat dan seremonial semu semacam ini yang menarik untuk dicermati dan diberi aplaus. Padahal masa jabatannya hanya kisaran 7 hingga 8 bulan saja. Paling lama juga setahun. Tapi dia manfaatkan benar keberadaannya yang sebentar itu untuk sebanyak-banyaknya berinteraksi dengan orang banyak.
Coba diingat-ingat lagi gaya kepemimpinan dua gubernur Lampung sebelumnya. Yupz, juga getol turun ke lapangan. Tapi di penghujung masa jabatannya. Alias ketika dirinya punya agenda politik untuk maju kembali pada pemilihan gubernur berikutnya. Sedangkan 4 tahun lebih di awal masa jabatannya publik bisa merasakan betapa berjaraknya mereka dengan khalayak luas. Saya pilih diksi “berjarak” untuk menghindari ucapan turun ke rakyat kalau sedang ada maunya saja.
Oh iya, Sabtu (10/8/2024) lalu, Samsudin juga membuka lebar-lebar gerbang pagar rumah dinas Mahan Agung untuk publik. Yang selama ini warga hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Tidak sekadar buka pintu, Pj Gubernur juga menjamu warga dengan kopi hangat. Sambil ngopi bareng warga dan Samsudin bercengkerama. Bahkan dia mempersilakan warga untuk berfoto-foto ke setiap sudut Mahan Agung.
Itu momen mewah lainnya yang diperlihatkan Samsudin. Kalau ditanyakan motivasinya, mungkin dia akan bilang dirinya hanya sekadar menepati sumpah jabatan saat dilantik Mendagri sebagai Pj Gubernur Lampung.
Ketika itu Samsudin seakan membaiat dirinya sendiri seraya bersumpah, “Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban saya sebagai Penjabat Gubernur Lampung dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.” (*)