Namanya Walter Martiny. Tahun 1911 di Turin, Italia, dia memulai produksi alas kaki bersol karet yang dilabeli Superga. Guna mendongkrak pamor, Superga melebur ke perusahaan besar Pirelli pada 1951.
Kini, berselang 112 tahun sejak Walter mewujudkan gagasannya, brand Superga yang sudah merambah hingga ke Indonesia, meluncurkan sneakers Superga x Tubaba (Tulangbawang Barat) dengan tagar #MenujuTubabaBersamaSuperga.
Tak ingin setengah hati, brand fesyen ternama kelas dunia ini, merilis 3 sepatu sneakers limited edition. Kesemuanya mengangkat identitas bumi “Ragem Sai Mangi Wawai”. Ketiganya berbalut cerita budaya Tubaba.
Kok bisa imajinasi Superga yang berpusat di Negeri Pizza sampai melancong dan kepincut filosofi Tubaba?
Bukankah, kalau mau ditimbang-timbang, ada banyak daerah di Lampung atau bahkan seantero Nusantara yang juga memiliki keunikan tersendiri. Ditambah lagi Tubaba itu terhitung kabupaten baru. Lahir 3 April 2009 lalu. Baru 14 tahun. Sebaya anak baru gede (ABG). Masih bau kencur!
Tapi agaknya tidak bagi Superga. Mereka tidak melulu melihat usia. Mungkin manajemen dan para desainernya penganut paham age is just a number, umur hanyalah angka. Lagian buat apa angka berderet banyak. Kalau tak ada isi. Mirip pepesan kosong. Mungkin, begitu pertimbangannya.
Tapi kalau mau jawaban akurat bisa simak pemaparan Sara Calista, selaku Head of Marketing Communications Superga. Menurutnya, ada kesamaan sejarah dan cerita antara Superga yang umur brand-nya sudah lebih dari 1 abad dan terus berkembang dengan Tubaba yang juga terus tumbuh.
“Dalam setiap perkembangannya, masa lalu dan masa kini Superga telah membaur dengan berbagai detail ikonik, desain avant-garde, sport dan fashion. Kali ini, brand kami berkolaborasi dengan Kabupaten Tubaba yang juga memiliki budaya kuat,” kira-kira begitu penjelasan Sara yang disampaikan saat peluncuran 3 item sepatu Superga x Tubaba, 31 Maret 2023 lalu.
Sinyalemen gayung bersambut itu sebenarnya sudah terlihat semenjak awal. Ketika pihak Superga membuka komunikasi dengan Umar Ahmad (saat itu masih Bupati Tubaba). Kedua belah pihak cepat saling mengangguk tanda bersepakat.
Yang tak kalah menarik disimak adalah keterangan Andi Rahmat. Doi desainer NUSAE (studio desain yang merancang tampilan sepatu).
Andi bilang, sangat terkesan dengan gagasan-gagasan Umar Ahmad dalam mengawal proses tumbuh kabupaten muda Tubaba.
“Daerah ini memang kental filosofi. Salah satunya Nenemo. Itu juga yang disampaikan Pak Umar Ahmad. Dia berharap melalui kolaborasi ini dapat menularkan spirit Tubaba ke warga dunia”.
Kalau pizza sudah pernah dikunyah warga Tubaba, agaknya kini giliran orang Italiano mengagumi sepatu Superga x Tubaba. Salah satu desainnya memuat sulaman khas Tubaba berkelir merah dan peta Tubaba. Congratulazioni. (Hendri Std)