Pringsewu (Netizenku.com): Bayi yang lahir dengan kelainan pada dinding perut diberi nama Tegar oleh keluarga dan salah satu yang mencetuskan nama tersebut adalah kepala pekon Siliwangi, Maryono saat mendampingi kelurga di kediaman.
Maryono berharap nama Tegar ini bisa berdampak pada kondisi bayi, \”karena nama adalah doa,\” ungkap Maryono
Sabtu sore Tegar pun dirujuk ke Rumah sakit Abdoel Moeloek, Bandarlampung agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Pasca diberitakan uluran tanganpun mulai berdatangan. Tak terkecuali Maulana M Lahudin anggota DPRD kabupaten Pringsewu yang langsung menyambangi kediaman si bayi.
Maulana mengatakan dirinya akan segera melakukan koordinasi dengan stakeholder dan pejabat daerah kabupaten Pringsewu agar segera mengambil tindakan supaya Tegar bisa segera menjalani pengobatan.
\”Kita akan melakukan koordinasi kepada pimpinan daerah dan pimpinan di DPR agar segera mengambil langkah untuk upaya pengobatan,\” ujarnya.
Veronika, salah satu masyarakat yang datang kediaman tegar untuk menyalurkan bantuan juga mengatakan bahwa mereka sudah membuka donasi untuk membantu Tegar.
\”Kita sudah buka donasi yang kita salurkan pada hari ini baru awal semoga donasi ini akan terus bertambah dari para dermawan, dan diharapkan dapat meringankan beban keluarga untuk pengobatan Tegar,\” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, anak ke 4 dari pasangan Ibu Elisa dan Bapak Janah warga pekon Siliwangi, kecamatan Sukoharjo terlahir tanpa dinding perut sehingga organ dalam terlihat. Bayi yang lahir pada Jumat (12/7) tersebut, dalam istilah medis disebut gastroschizis kelainan pada dinding perut.
Elisa ibu dari sang bayi menceritakan, sebelumnya ketika masih mengandung dia tidak merasakan ada keanehan atau kejanggalan semua normal. Namun, ketika lahir dia merasa terkejut mengetahui anaknya lahir dengan kelainan tanpa kulit pada bagian perut
Elisa melahirkan di klinik bidan setempat. Namun, setelah mengetahui anaknya mengalami kelainan sang anak sempat dirujuk.
\”Anak saya sempat dirujuk ke rumah sakit Mitra Husada namun, karena keterbatasan alat medis anak saya dirujuk kembali ke rumah sakit Abdoel Moeluk,\” ujarnya.
Lantaran alasan biaya sang anak dibawa pulang kembali ke rumah. Janah ayahnya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh di kampung ini saat diwawancarai awak media hanya bisa menangis dan meminta uluran tangan serta peran dari pemerintah daerah agar bisa membantu pengobatan anaknya. (Darma)