Dirut: PLN Rugi Rp 18 Triliun di Pembukuan, Riil Keuangan Surplus

Avatar

Kamis, 1 November 2018 - 08:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dirut PLN Sofyan Basir (Foto: Istimewa/Nk)

Dirut PLN Sofyan Basir (Foto: Istimewa/Nk)

Lampung (Netizenku.com): Direktur Utama (Dirut) PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengaku BUMN kelistrikan tersebut mengalami kerugian keuangan sebesar Rp 18 triliun.

Mantan Bos Bank BRI ini menjelaskan bahwa kerugian yang dialami PLN itu belum tercatat sebagai beban yang harus dibayar dalam waktu dekat, melainkan hanya kerugian pembukuan akibat perubahan nilai tukar.

Namun, Sofyan memastikan adanya kerugian ini tidak mengubah tekad PLN terkait dengan tarif listrik sampai akhir 2019.

Berdasarkan keterbukaan informasi, PLN hingga kuartal III-2018 menderita kerugian hingga Rp 18,48 triliun.

Catatan ini berbanding terbalik dengan periode yang sama di 2017, bahwa PLN berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 3,05 triliun.

Namun, Sofyan mengungkapkan jika rugi yang dimaksud adalah hanya sebagai rugi pembukuan atau belum menjadi beban bagi PLN.

\”Bukan rugi riil, rugi pembukuan, beda rugi usaha sama rugi keuangan. Rugi usaha itu misalnya kita beli 10, jual delapan, itu rugi dua,\” kata Sofyan di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Rabu (31/10/2018).

Kerugian yang tercatat dalam keuangan PLN pada kuartal III-2018, hanya karena selisih kurs pada utang dalam dolar Amerika Serikat (AS).

Dia meyakinkan bahwa secara operasional BUMN listrik masih untung dan masih memiliki likuiditas yang kuat.

\”Yang tadi saya bilang rugi pembukuan itu kita punya utang misalnya utang dolar, hari ini nggak dieksekusi utangnya, nggak dilunasi, cuma ada selisih kurs, maka kita bukukan kerugian. Kamu punya utang US$ 1 juta sekarang bayarnya 20 tahun lagi, waktu dolar naik utang kamu di kurs rupiah akan naik, tapi belum jadi beban, itu bedanya. Jadi nggak perlu panik, jadi tidak riil,\” jelas Sofyan.

Baca Juga  BUMN Ini Buka Loker untuk Usia Maksimal 50 Tahun, Daftar Online di Sini

Untuk mengantisipasi kerugian pembukuan, Sofyan telah melakukan reprofiling atau penyesuaian profil pinjaman jatuh tempo.

Dia mengungkapkan, dari utang jatuh tempo yang dekat, kembali tenornya diperpanjang.

Bahkan, menurut Sofyan, PLN masih memiliki keuangan yang surplus.

\”Kemarin dapat euro bond tujuh tahun US$ 500 juta, US$ 500 juta lagi 10 tahun, US$500 juta lagi 30 tahun. Jadi kita dapat US$1,5 miliar buat memperpanjang atau reprofiling, sehingga cashflow kita sangat kuat, dan likuiditas masih surplus sekitar US$500 juta. Jadi keuangan PLN tidak memiliki masalah, kewajiban akan diselesaikan,\” ungkap dia.

Senada, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menjelaskan, hal tersebut terjadi karena adanya pelemahan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

\”Urusan PLN itu karena ada rupiah yang melemah, sehingga ada yang dikatakan unrealized loss. Ini karena PLN punya kewajiban membayar dengan dolar AS,\” kata Rini di Gedung Ditjen Pajak, Jakarta, Rabu.

Baca Juga  IOH Dukung Timnas Sepakbola Indonesia ke Pentas Dunia

Unrealized loss adalah kerugian yang belum terealisasi. Jadi kerugian terjadi di pembukuan, bukan kerugian riil yang terjadi pada usaha.

Dia menambahkan, selama ini PLN sering kali kontrak dengan independent power producer (IPP) dan menggunakan dolar AS untuk transaksi pembayaran.

\”Kalau sekarang saya bayar memang akan segini (rugi), tetapi sekarang belum ada yang dibayar, jadi belum realize. Keadaan PLN itu sehat secara cashflow. Perusahaan itu yang penting bagaimana cashflow-nya. PLN itu sangat sehat,\” jelas dia.

PLN Masih Untung?

PT PLN (Persero) telah menerbitkan laporan keuangan triwulan III tahun 2018. Laba perusahaan sebelum selisih kurs pada triwulan III tahun 2018 sebesar Rp 9,6 triliun, meningkat 13,3% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 8,5 triliun.

Kenaikan laba tersebut ditopang oleh kenaikan penjualan dan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan, serta adanya kebijakan pemerintah DMO harga batubara.

Nilai penjualan tenaga listrik mengalami kenaikan sebesar Rp 12,6 triliun atau 6,93%, sehingga menjadi Rp 194,4 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 181,8 triliun.

Volume penjualan sampai dengan September 2018 sebesar 173 Terra Watt hour (TWh) atau tumbuh 4,87% dibanding dengan tahun lalu sebesar 165,1 TWh.

Baca Juga  Subholding Gas Pertamina Uji Program PGN Sayang Ibu Gaskita

Di sisi lain, perusahaan terus mempertahankan tarif listrik agar tidak naik dalam rangka menjaga daya beli masyarakat, supaya bisnis serta industri semakin kompetitif guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Jumlah pelanggan pada triwulan III 2018 telah mencapai 70,6 juta atau bertambah 2,5 juta pelanggan dari akhir tahun 2017, sehingga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional dari 95,07% pada 31 Desember 2017 menjadi 98,05% pada 30 September 2018.

Capaian rasio elektrifikasi ini telah melebihi target tahun 2018 yang dipatok sebesar 96,7%.

Sofyan Basir memastikan tarif listrik tidak naik hingga akhir 2019. Hal itu menyusul kinerja keuangan yang masih kuat.

\”Nggak lah, karena operasional kita masih untung,\” kata dia.

Pemerintah lewat Kementerian ESDM sebelumnya mengumumkan bahwa harga listrik diusahakan tidak naik sampai akhir 2019. Hal itu juga langsung diungkapkan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Menurut Sofyan, langkah menaikkan tarif listrik pun belum ada pembicaraan dari pemerintah dengan PLN.

\”Sampai sekarang belum ada pembicaraan dengan pemerintah mengenai tarif,\” jelas dia.

Sofyan menjelaskan, kondisi keuangan PLN sampai saat ini pun masih membukukan laba operasional. Matan Bos BRI ini pun yakin sampai akhir tahun akan membukukan laba. (dtc/lan)

Berita Terkait

Lampung Siap Sambut Wisatawan Liburan Akhir Tahun, Bobby Bocorkan Strateginya
APBN Regional Lampung TKD Naik, Belanja K/L Menyusut, Ini Rincian Lengkapnya
Pj. Gubernur Lampung Samsudin Dampingi Mensos Gus Ipul Dalam Perayaan HKSN 2024 di Pringsewu
Ini Dia Potensi Besar Lampung di Akhir Tahun yang Masih Terabaikan
Pasca Merger Sinyal 4G Smartfren Lebih Kuat dengan Jangkauan Luas
Ingat, 2025 Harga Singkong Minimal Rp900/Kg, Perusahaan Tidak Taat akan Ditindak
BPJS Kesehatan Rangkul Stakeholders Wujudkan Ekosistem JKN Tanpa Kecurangan
Bulog Lampung Sukses Salurkan Bapang Beras 2023-2024, Bagaimana 2025?

Berita Terkait

Sabtu, 21 Desember 2024 - 15:07 WIB

Pembangunan Masjid Al Hijrah Kotabaru Siap Dilanjutkan

Jumat, 13 Desember 2024 - 19:48 WIB

Pj. Gubernur Lampung Buka Kompetisi Drone Wonderful Lampung 2024

Minggu, 8 Desember 2024 - 16:53 WIB

Komunitas TurunTangan Lampung Selenggarakan Program Kaleidoskop Dunia

Kamis, 28 November 2024 - 14:23 WIB

Telkomsel Perluas Jangkauan Jaringan 4G/LTE di Pulau Legundi dengan Teknologi Rural Star

Sabtu, 28 September 2024 - 20:07 WIB

PT ASDP Indonesia Ferry Bakauheni Bantu Bangun MI Al-Ikhlas Pasca Terbakar

Jumat, 27 September 2024 - 19:06 WIB

Calon Bupati Petahana Lamsel, Kampanye di Desa Maja Kalianda

Kamis, 26 September 2024 - 14:40 WIB

Winarni, Perempuan Tangguh Inspiratif dari Desa Waygalih

Kamis, 26 September 2024 - 14:36 WIB

Nanang Ermanto: Tidak Mau Janji Muluk Tapi Utamakan Kesejahteraan Rakyat

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

Lampung Selatan

Pembangunan Masjid Al Hijrah Kotabaru Siap Dilanjutkan

Sabtu, 21 Des 2024 - 15:07 WIB