Ramalan, bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi melemah pada kuartal I 2025 juga menghinggapi ekonomi Provinsi Lampung. Namun ekonomi Lampung diperkirakan masih tetap tumbuh terjaga di atas 3,3 persen (yoy) atau masih di atas capaian ekonomi periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini menggambarkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini selalu mengalami tekanan hingga gagal menembus 5 persen selama tiga tahun terakhir.
Data statistik menunjukkan ekonomi Lampung pernah terpuruk pada kuartal I 2021, yakni mengalami kontraksi sebesar -2,10% (yoy) akibat pandemi Covid-19.
Berikutnya, pada kuartal I 2022 terjadi recovery hingga ekonomi kembali berdenyut positif sebesar 2,96 persen. Kemudian meningkat tajam pada kuartal I 2023 menjadi 4,94 persen yang didorong oleh faktor psikologis naiknya pertumbuhan konsumsi rumah lebih dari 3 persen setelah lepas dari belenggu pandemi.
Pada kuartal I 2024, ekonomi Lampung kembali mengalami tekanan hanya mencapai 3,3 persen (yoy), meski akhirnya bisa mencatatkan pertumbuhan kumulatif 4,57 persen pada 2024.
Merujuk data-data tersebut dan mencermati kondisi ekonomi nasional dan regional Lampung, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada kuartal I 2025 sulit menembus 4,5 persen.
Kondisi ini dipahami betul oleh Kepala Bappeda Provinsi Lampung, Elvira Umihanni. Untuk itu dia mengatakan pembangunan lima tahun ke depan harus mendukung pencapaian visi dan Asta Cita pembangunan nasional, sejalan dengan visi Gubernur Lampung 2025–2030 yaitu, Bersama Lampung Maju Menuju Indonesia Emas.
“Visi tersebut akan dijalankan melalui tiga misi atau Tiga Cita, yaitu mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan inovatif. Memperkuat sumber daya manusia yang unggul dan produktif serta meningkatkan kehidupan masyarakat yang beradab, berkeadilan, dan berkelanjutan melalui tata kelola pemerintahan yang efektif dan berintegritas,” ujarnya.
Elvira juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi, yakni pertumbuhan ekonomi daerah yang masih di angka 4,57 persen, atau di bawah rata-rata nasional.
Ia juga menyoroti tingkat kemiskinan masih berada di angka 10,69 persen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) baru mencapai 73,13, juga masih di bawah angka nasional.
Untuk itu, ia menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam mendorong pembangunan daerah.
Sejumlah lembaga meramal ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 mengalami tekanan pada kisaran 4,7 hingga 4,9 persen atau di bawah pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2024 yang mencapai 5,02%.
Angka ini lebih rendah dari target dalam asumsi ekonomi makro 2025 sebesar 5,2%, dan juga target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029 bahwa ekonomi tahun ini ditargetkan tumbuh 5,3%.
Kepala Makroekonomi dan Keuangan Indef Muhammad Rizal Taufikurahman mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh faktor global dan domestik, seperti masalah fiskal yang seret dan defisit keuangan yang secara fundamental memperlambat pertumbuhan.
Kondisi yang sama dipastikan mempengaruhi ekonomi regional Lampung yang diketahui masih tertatih-tatih di sisi pendapatan sehingga melemahkan kinerja belanja daerah pada kuatal I 2025.
Melemah, Tapi Ada Gairah di Sisi Ekspor
Sampai Maret 2025 atau sampai akhir kuartal I 2025, nyaris tidak ada momentum atau kegiatan ekonomi yang diharapkan bisa menyokong pertumbuhan, kecuali ramadan, lebaran dan guyuran THR untuk ASN.
Namun ada indikator yang menggembirakan dan diyakini bisa menyumbang pertumbuhan Lampung tetap terjaga, yakni membaiknya kinerja ekspor pada Januari-Februari 2025.
Setelah sempat menurun sebesar 16,19 persen di awal tahun 2025 lalu, kinerja ekspor Provinsi Lampung kembali mengalami kenaikan sebesar 8,46 persen pada pada Februari 2025. Seperti biasa, lonjakan ekspor masih didominasi sektor industri pengolahan.
Nilai ekspor Provinsi Lampung pada Februari 2025 mencapai US$517,93 juta, mengalami peningkatan sebesar US$40,39 juta atau naik 8,46 persen dibandingkan Januari 2025 yang mencapai US$477,54 juta.
Peningkatan ini menggambarkan pembalikkan keadaan dari perkembangan ekspor yang sempat turun sebesar 16,19 persen pada Januari 2025.
Tercatat, sepuluh golongan barang utama ekspor Provinsi Lampung masih mendominasi ekspor, yakni lemak dan minyak hewan/nabati; kopi, teh, rempah-rempah; bahan bakar mineral; olahan dari sayuran, buah, dan kacang; ampas dan sisa industri makanan; pulp dari kayu; berbagai produk kimia; karet dan barang dari karet; ikan, krustasea, dan moluska; serta olahan dari daging, ikan, krustasea, dan moluska.
Negara utama tujuan ekspor Provinsi Lampung pada Februari 2025 adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Pakistan, Belanda, India, Spanyol, Belgia, Philipina, Bangladesh, dan Inggris.
Sementara ekspor menurut sektor selama sebulan terakhir menunjukkan semua sektor mengalami peningkatan. Sektor industri pengolahan naik sebesar 8,51 persen. Sektor pertambangan dan lainnya naik 8,48 persen dan sektor pertanian naik sebesar 8,30 persen.(*)