Bandarlampung (Netizenku.com): Bustami Zainudin, pertama kali yang kita pikirkan saat mendengar nama yang tak asing lagi ini yakni Way Kanan. Ya, Bupati Way Kanan periode 2010-2015 ini rupanya memiliki hasrat untuk berkarir lebih, tidak hanya di tatanan eksekutif saja. Sebab, Bustami sudah berhasrat untuk duduk sebagai senator di DPD RI periode 2019-2024 mendatang.
Memiliki catatan karir cukup mentereng, sebut saja pernah menjadi Wakil Bupati periode 2005-2010 dan Bupati periode 2010-2015 di Kabupaten Way Kanan, Ketua DPP Granat dan Wakil Ketua Komite Kadin Indonesia, sosok yang tegas namun ramah ini, menerima dengan hangat kedatangan Netizenku.com saat menyambangi kantornya, yang tak lain markas DPD PDIP Lampung.
Perbincangan siang itu dibuka Bustami dengan sedikit mengulas masa-masa dirinya menjadi orang nomor satu di Way Kanan. Tentang upaya menyekolahkan anak kurang mampu hingga sarjana, mendongkrak hasil pertanian hingga urusan kesehatan yang selalu jadi pekerjaan rumah yang tak pernah selesai.
“Anggaran saat itu sangat terbatas, kalau kita tidak kelola dengan baik tentu akan habis percuma. Untuk itu program yang tepat guna sangat diperlukan. Alhamdulillah program kerja saya saat itu berjalan semua, walau belum maksimal karena terbatasnya anggaran,” ujar Bustami di Sekretariat DPD PDIP Lampung, Rabu (18/4).
Berkaca dari pengalaman tersebut, Bustami merasa perlu berbuat lebih demi masyarakat. Alhasil, mencalonkan diri sebagai Senator mewakili Provinsi Lampung jadi pilihan.
“Saya bisa saja maju untuk DPRD atau DPR RI, namun nantinya rentang kendali hanya sebatas membawahi urusan per komisi. Kita butuh cakupan luas untuk bisa berbuat lebih demi Provinsi ini,” kata Wakil Keta Umum REI ini.
Menurut Bustami, pendidikan, pertanian dan lapangan pekerjaan adalah masalah krusial yang harus segera ditangani dengan serius. Pendidikan misalnya, bisa dilakukan dengan memberi beasiswa sampai sarjana untuk anak kurang mampu di tiap desa.
Nantinya tiap anak tersebut akan dikuliahkan sesuai dengan keadaan sekitar, atau dalam kata lain sesuai dengan komoditi unggulan di desa tersebut. Jadi ilmu yang didapat dari bangku kuliah bisa langsung diterapkan saat pulang ke desa masing-masing.
“Cukup mengalokasikan sepuluh persen dari total anggaran dana desa (ADD). Saya kira tiap desa akan sanggup membiayai lima sampai sepuluh anak tiap tahunnya. Saya sudah pernah terapkan hal itu dengan program namanya ‘Mulang Tiyuh’ tapi karena anggaran terbatas jadi hanya sanggup satu desa satu anak,” jelasnya.
Dengan membenahi hal fundamental yaitu pendidikan, lanjut Bustami, masalah pertanian dan lapangan pekerjaan bisa diatasi dengan mudah.
Contohnya, dengan bekal ilmu perkuliahan, seseorang bisa mendongkrak hasil tani hingga membuat komoditi olahan yang nilai jualnya diatas rata-rata.
Lalu terpenting, dengan pendidikan yang baik seseorang akan kreatif dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Bukan sibuk melamar pekerjaan di perusahaan.
“Jadi disini kita bukan melulu menempatkan anggaran untuk infrastuktur, tapi lebih ke bagaimana membangun manusia itu sendiri. Prinsipnya tentu sama dengan ‘Mulang Tiyuh’ tapi dengan cakupan lebih luas. Saya rasa ini investasi jangka panjang, yang belum banyak diperhatikan oleh para pemangku kepentingan,” demikian Bustami Zainudin. (Rio)