Kabupaten Pringsewu (Sesungguhnya) Miliki Kearifan Lokal dari Daun-daun Bambu yang Berserakan

Ilwadi Perkasa

Senin, 28 Oktober 2024 - 03:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penjabat (Pj) Gubernur Lampung Samsudin bersama Pj Ketua TP-PKK Provinsi Lampung Maidawati Samsudin dan Pj Bupati Pringsewu Marindo Kurniawan menanam pohon bambu di depan Kantor Bupati Pringsewu. (Foto: Dokpim Pringsewu)

Penjabat (Pj) Gubernur Lampung Samsudin bersama Pj Ketua TP-PKK Provinsi Lampung Maidawati Samsudin dan Pj Bupati Pringsewu Marindo Kurniawan menanam pohon bambu di depan Kantor Bupati Pringsewu. (Foto: Dokpim Pringsewu)

Kabupaten Pringsewu yang dikenal sebagai  ‘Negeri Seribu Bambu’ memiliki kearifan lokal dari ketersedian pohon bambu yang kini kembali ditumbuhkembangkan oleh pemerintah daerah setempat. Sayangnya, kearifan lokal tersebut jarang dibicarakan. Daun-daun bambu yang jatuh berserakan masih dianggap sampah yang harus disingkirkan. Dari pada dibakar atau dibuang, lebih baik daun bambu dimanfaatkan sebagai bahan penyubur tanaman dan menjadi  usaha baru   yang menguntungkan.  Humus daun bambu  ramai diperdagangkan di etalase bisnis ritel online.

Bandarlampung (Netizenku.com): Selain berpotensi merawat kelestarian lingkungan,  daun bambu yang dikeringkan ternyata bisa menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan dan meningkatkan produksi tanaman. Sebuah penelitian menyebutkan humus daun bambu dapat memulihkan sawah di Indonesia yang banyak kehilangan kalium (K) dan silika (Si) karena terbawa panen. Luar biasa, bukan?

Menyadur dari channel YouTube Info Ragam Pertanian, Jumat (6/5/2022), ternyata daun bambu dapat dijadikan pupuk organik cair (POC). Sebab, daun bambu memiliki banyak kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, polisakarida, dan vitamin. Selain itu, mikroorganisme pada daun bambu bisa menjadi bio-dekomposer yang baik untuk sampah organik.

Cara membuat pupuk organik berbasis daun bambu cukup mudah. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, yakni adalah daun bambu kering atau muda, akar bambu, rebung bambu, EM4, larutan gula merah 1 liter, air biasa 50 liter, daun gamal, dan drum.

Baca Juga  Peduli Covid-19, FIF Grup Cabang Pringsewu Bagikan Paket Sembako

Untuk yang belum tahu, daun gamal adalah daun dari tanaman gamal (Gliricidia sepium) yang merupakan tanaman perdu atau pohon kecil dari suku polong-polongan.

Cara membuatnya, masukkan 50 liter air ke dalam drum, lalu tambahkan setengah botol EM4 dan 1 liter larutan gula merah. Aduk-aduk hingga bahan-bahan tercampur merata. Masukkan sedikit demi sedikit satu karung besar daun bambu kering. Aduk-aduk lagi hingga daun bambu terkena air semua. Lalu masukkan akar dan rebung bambu yang sudah diiris kecil-kecil. Tambahkan dedaunan hijau seperti daun gamal sekitar satu plastik ukuran sedang. Aduk lagi sampai tercampur merata. Tutup drum dan lapisi bagian atasnya menggunakan karung bekas pupuk atau plastik agar tak ada udara yang masuk. Diamkan selama 2 minggu untuk proses fermentasi. Apabila busanya sudah berkurang dan baunya tak menyengat, berarti proses fermentasi telah selesai. Pupuk organik pun siap untuk digunakan.

Aplikasikan pupuk organik cair dari daun bambu ini dengan mencampur 1 liter pupuk ke dalam 9 liter air. Kemudian siramkan ke tanaman. Lakukan sekali dalam seminggu agar tak berlebihan.

Humus Daun Bambu

Selain dibuat pupuk cair, daun bambu juga bisa direkayasa menjadi humus yang befungsi menyuburkan tanaman. Proses pembuatannya mudah dan cepat, hanya butuh waktu satu bulan atau lebih cepat jika dibandingkan dengan proses pembuatan humus pada umumnya.

Baca Juga  Pringsewu Gelar Webinar Siaga Bencana Menghadapi Cuaca Ekstrim

Untuk membuat humus daun bambu siapkan alat dan bahan, seperti tong atau drum sebagai tempat pengolahan, alat semprot, alat pencacah, sarung tangan, sekop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah daun bambu, dekomposer, EM4, dan air.

Dekomposer adalah organisme yang membantu dalam proses dekomposisi atau pembusukan materi organik di alam. Beberapa contoh dekomposer termasuk jamur, bakteri, dan invertebrata seperti kepik dan cacing tanah. Dekomposer sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan alam dan menjaga kesuburan tanah.

Kepik merupakan serangga mungil yang membantu petani memberantas hama secara alami. Kepik sering ditemukan di antara tanaman berbunga. Kepik termasuk predator memakan serangga bertubuh lunak, seperti tungau, kutu daun, lalat buah, wereng, dan hama tanaman lain berukuran kecil.

Cara membuat humus daun bambu kumpulkan daun bambu, cacah dengan menggunakan mesin pencacah kompos. Tambahkan dekomposer, kemudian campurkan dengan air secukupnya, semprot cacahan daun bambu dengan EM4, kemudian campurkan hingga merata.

Selanjutnya, masukkan dalam tong dan ditutup dengan karung bekas. Aduk setiap hari, setelah 1 bulan atau lebih, tanah humus dari daun bambu siap digunakan.

Baca Juga  Waspada Akun Twitter Palsu, Perhatikan Tanda-tanda Akun Resmi KAI Ini

Humus daun bambu dapat diaplikasikan dengan cara ditaburkan ke lahan, kemudian dicampurkan atau dibajak hingga tercampur merata dengan tanah. Dan ingat, humus harus disimpan di tempat teduh dan kering.

Peluang Usaha Baru

Penjabat Bupati Marindo Kurniawan, mengatakan prospek budidaya anggur di Kabupaten Pringsewu masih terbuka lebar, baik untuk kebutuhan konsumsi, bahkan menjadi peluang usaha bagi masyarakat karena dapat dikembangkan di lahan pekarangan sekitar rumah.

Nah, untuk memperoleh hasil yang lebih baik, masyarakat atau petani agggur di Pringsewu bisa memanfaatkan humus daun bambu sebagai media tanam atau pupuk organik.

Selain itu, humus daun ternyata ramai dipasarkan di platform media online. Hal ini tentu saja dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat di Pringsewu.

Dikutip dari Tokopedia.com. media tanam humus bambu untuk tanaman anggur dibandrol seharga Rp25.000 per karung isi 6 kg. Di Shoppe dibandrol seharga Rp12.000 sampai Rp13.000/pack. Sementara di Lazada dibandrol lebih murah Rp7.000/kg.

Setelah membaca artikel ini, apakah Anda masih menganggap daun bambu sebagai sampah tidak berguna, atau tertarik membuat pupuk organik dan memanfaatkannya, atau berminat mengembangkannya menjadi bisnis baru? (iwa)

Berita Terkait

Jelang Pemilihan, Pendukung NoNa Makin Solid dan Optimis Menang
PWRI Lampung Gelar Pelatihan Jurnalistik Bangun Profesionalisme Wartawan
Pj Bupati-DPRD Sepakati KUA PPAS Tubaba 2025 dalam Paripurna
Bayana Harap Wartawan Kompeten dapat Bekerja Profesional dan Berintegritas
Kasus Dugaan Netralitas ASN Pesawaran Berlanjut ke PN Gedongtataan
Ketum Demokrat Dukung Penuh Pencalonan Pasangan ASRI
Belasan Personel Polres Pringsewu Terima Penghargaan Khusus
Bola Panas, KPU Metro Batalkan Pencalonan Wahdi-Qomaru

Berita Terkait

Kamis, 21 November 2024 - 11:44 WIB

Jelang Pemilihan, Pendukung NoNa Makin Solid dan Optimis Menang

Rabu, 20 November 2024 - 20:29 WIB

Pj Bupati-DPRD Sepakati KUA PPAS Tubaba 2025 dalam Paripurna

Senin, 18 November 2024 - 09:53 WIB

PD IWO Tubaba Kolaborasi dengan Pemkab Jalankan Program Pembangunan

Jumat, 15 November 2024 - 20:31 WIB

Bayana Lepas Jalan Sehat Menuju Pilkada Damai Tubaba Tahun 2024

Kamis, 14 November 2024 - 09:08 WIB

DPRD Tubaba Paripurna Tingkat I Atas 6 Raperda

Rabu, 13 November 2024 - 21:53 WIB

Isnaini Nakhodai PC IKA PMII Tubaba 2024-2029

Rabu, 13 November 2024 - 17:40 WIB

Ribuan Masyarakat Tubaba Saksikan Konser Koalisi Rakyat Bersama Arjuno

Rabu, 13 November 2024 - 11:56 WIB

DPRD Tubaba Resmi Bentuk AKD 2024-2029

Berita Terbaru

Tulang Bawang Barat

Jelang Pemilihan, Pendukung NoNa Makin Solid dan Optimis Menang

Kamis, 21 Nov 2024 - 11:44 WIB

E-Paper

Lentera Swara Lampung | Kamis, 21 November 2024

Rabu, 20 Nov 2024 - 21:30 WIB

Tulang Bawang Barat

Pj Bupati-DPRD Sepakati KUA PPAS Tubaba 2025 dalam Paripurna

Rabu, 20 Nov 2024 - 20:29 WIB