Bandarlampung (Lentera SL): Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2024 dua daerah di Lampung, yakni Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro bergerak lamban hanya tumbuh 0,57 poin dibanding tahun 2023.
Berdasarkan penghitungan metode baru IPM yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Kabupaten Lampung Timur 2024 tercatat sebesar 71,84, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 71,21 atau hanya tumbuh 0,57 poin.
Angka tersebut adalah ‘lampu kuning’ bagi Kabupaten Lampung Timur, sebab laju tumbuh IPM kabupaten ini pada 2023 sempat meningkat 0,63 poin dibanding tahun 2022.
Sementara IPM Kota Metro 2024 tercatat sebesar 78,93, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 78,36 atau tumbuh rendah 0,57 poin.
Seperti Lampung Timur, laju tumbuh IPM Kota Metro juga ‘lampu kuning’, sebab mengulangi laju tumbuh yang rendah pada 2023, dimana saat itu hanya tumbuh 0,47 poin dibanding 2022.
Rendahnya pertumbuhan IPM dua daerah ini ikut menekan rata-rata IPM Lampung. Di mana berdasarkan data BPS, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung menurut penghitungan metode baru tercatat sebesar 71,81 atau tumbuh 0,66 poin dibanding 2023.
Angka ini sekaligus mengoreksi IPM perhitungan lama, dimana IPM Lampung 2024 tercatat 73,13 meningkat 0,65 poin atau 0,90 persen dibandingkan tahun 2023 sebesar 72,48.
IPM metode baru adalah metode perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggunakan variabel dan cara penghitungan yang berbeda dengan metode lama. Metode baru ini mulai digunakan pada tahun 2010.
Perubahan metode IPM dilakukan karena beberapa indikator lama dianggap tidak tepat lagi untuk digunakan. Misalnya, angka melek huruf dianggap tidak relevan untuk mengukur pendidikan secara utuh.
Metode lama menggunakan variabel seperti angka harapan hidup, angka melek huruf, pengeluaran per kapita disesuaikan, dan rata-rata lama sekolah.
Sementara metode baru menggunakan variabel seperti angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan pengeluaran per kapita.
Cara penghitungan: Metode baru menggunakan rata-rata geometrik untuk menghitung agregasi indeks. Cara penghitungan ini cenderung sensitif terhadap ketimpangan.(*)