Karena bersifat universal, program Makan Bergizi Gratis (MBG) disebut-sebut berisiko mengalami pemborosan.
Jogyakarta (Netizenku.com): KEKHAWATIRAN itu disampaikan ekonom sekaligus Koordinator Bidang Kajian Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan (EQUITAS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Wisnu Setiadi Nugroho. Tantangan besar datang terutama dalam aspek distribusi dan pengadaan bahan makanan.
Di sisi lain, masih menurut Wisnu, anak-anak dari keluarga mampu juga turut menerima manfaat, meskipun sebenarnya tidak membutuhkan. Tantangan lain adalah pemantauan kualitas makanan.
“Sulit untuk memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan benar-benar memenuhi standar gizi dan kualitas yang ditetapkan,” kata Wisnu seperti dilansir dari laman UGM pada Selasa (11/3/2025).
Dikatakannya, untuk mendukung keberhasilan program MBG, pemerintah perlu belajar dari negara lain yang telah menjalankan program yang sama. Seperti yang dilakukan Amerika Serikat saat memberikan makan gratis bagi anak sekolah.
Di AS, disebutnya, program pemberian makan gratis sebagai bagian dari kebijakan nasional dengan skema Farm to Table, dan program ini didanai oleh Sustainable Agriculture Research and Education (SARE) dan melibatkan petani, peternak, pendidik, serta komunitas-komunitas di Amerika Serikat.
“Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem distribusi yang lebih inovatif, memberikan akses terhadap makanan lokal yang bergizi kepada anak sekolah, serta membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah sehingga ongkos logistik lebih murah dan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih terjamin,” ungkap Wisnu.
Program lain yang dilakukan AS adalah National School Lunch Program (NSLP) yang menyediakan makanan bergizi bagi jutaan anak di Amerika Serikat, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah.
NSLP menetapkan standar gizi sesuai dengan Healthy, Hunger-Free Kids Act (HHFKA) 2010, antara lain menggunakan makanan lokal dan menyesuaikan menu agar lebih sesuai dengan Pedoman Diet Amerika Serikat. “Pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk mendukung program ini, dengan melibatkan dapur dan pemasok makanan lokal yang terpercaya agar kualitas gizi tetap terjaga,” kata Wisnu. (*)