Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Duta
Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun dijadwalkan menghadiri pembukaan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) ke-47 tingkat Provinsi Lampung di Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), Sabtu malam (27/4) yang akan dibuka sekitar pukul 19.30 Wib.
MTQ kali ini mengusung tema \’Allah Memberi Waktu, Kita Menuju Cahaya\’ rangkaian kegiatan mulai digelar sejak Sabtu (27/4), pembukaan di pusatkan di belakang komplek Islamic Center Tubaba di Rawakebo, Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah
\”Duta Besar Palestina InsyaAllah hadir dalam pembukaan kegiatan MTQ ke-47 di Tubaba malam ini. Bahkan beliau juga dijadwalkan mengisi sambutan dalam kegiatan tersebut,\” kata Kepala Dinas Kominfo Tubaba, Fajril Hikmah didampingi Kasubag protokol Robi, Sabtu (27/4)
Diketahui, tema MTQ ke-47 dimaksudkan mengajak manusia untuk lebih menghargai waktu, memanfaatkannya untuk beribadah, meningkatkan keimanan, beramal sholeh, serta nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Dalam konsep Islam, waktu sangatlah penting karena ia tidak bisa terulang. Memanfaatkannya secara efisien adalah hal yang harus dilakukan untuk meraih kebaikan bagi diri sendiri maupun bersama.
Seberapa banyakkah waktu yang dimiliki manusia, hanya Allah yang tahu kapan waktu setiap manusia berakhir. Karena sesungguhnya setiap umat berada dalam sebuah perjalanan, yang menempatkan manusia pada ruang dan waktu yang dijabarkan dalam Konsep Perjalanan Manusia menurut Al Quran yang pasti akan dilalui oleh setiap manusia.
Perjalanan manusia melalui masa di alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur, hari kiamat, hisab, dan hari pembalasan.
Di arena MTQ ke-47 Provinsi Lampung, simbol perjalanan manusia dalam memanfaatkan waktu antara lain tercermin dalam “Lorong Waktu”, yaitu sebuah terowongan bambu yang merupakan jalan akses menuju mimbar utama MTQ, di Kompleks Islamic Center, Panaragan Jaya, Tubaba.
Makna Arsitektur Ornamen Bambu pada MTQ ke-47 tingkat provinsi di Tubaba.
Bupati Tubaba, H Umar Ahmad, diberbagai kesempatan mengatakan penunjukan Tubaba sebagai tuan rumah MTQ dimaknai sebagai sebuah kesempatan untuk belajar menjadi pelayan yang baik bagi masyarakat luas sekaligus berkontribusi bagi kemajuan Provinsi Lampung.
\”Penyelenggaraan MTQ ke-47 tingkat provinsi Lampung, ingin kami jadikan sebagai penyemangat dalam proses pembangunan daerah, karena di usianya yang baru genap 10 tahun, Kabupaten Tubaba memang sedang berbenah, memperbaiki diri, dan berupaya meraih kesejajaran dengan Kabupaten dan kota lain yang sudah lebih dahulu maju dan berkembang,\” kata dia.
Menurut Umar, atas kesempatan menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ ke-47 itu, pemerintah daerah benar-benar ingin dijadikan sebagai salah satu penyemangat dalam melaksanakan pemerintahan di bumi Ragem Sai Mangi Wawai.
\”Atas kesempatan ini akan kita jadikan untuk lebih giat membangun, lebih elegan dalam menyatukan kebersamaan, lebih matang dalam menghadapi tantangan, dan lebih siap dalam meraih kemajuan di masa depan,\” ungkapnya
Umar juga menjelaskan konsep penyelenggaraan MTQ ke-47, peserta dan tamu undangan disuguhkan dengan pandangan bangunan tradisional modern dengan arsitektur bangunan yang terbuat dari material alam yakni bambu dan bebatuan.
\”Bangunan Kafilah untuk menampung tamu dan kafilah yang berjumlah 1.500 orang, dibuatlah bangunan teratak dengan bahan utama bambu betung dengan bentang 40 meter. Batang-batang bambu utuh ditegakkan dan diperkuat strukturnya dengan sistem gapit dan pasak,\” jelasnya
Dilanjutkannya, Kubah Panggung Ujung dari Lorong Waktu adalah kubah panggung utama. Desainnya meniru bentuk rebung bambu, sebuah tunas kehidupan yang dalam perjalanan waktu, akan tumbuh kuat, kokoh, tetapi juga lentur.\” Batang bambu tidak patah dihantam angin sekuat apa pun. Interior panggung diilhami oleh Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama,\” ujarnya
\”Lorong bambu yang membentang sepanjang kurang lebih 200 meter, dimaknai sebagai lorong waktu yang melambangkan perjalanan hidup manusia dari segumpal tanah menuju cahaya. Dirancang berbentuk bubu, yang. merupakan alat penangkap ikan berbahan bambu, sebagai penghormatan terhadap kearifan leluhur, orang-orang yang mendiami tanah dengan banyak genangan air, embung, dan dilintasi sungai,\” jelasnya
Ia juga menjelaskan Menara Sembilan yang terbuat dari bambu dimaknai sebagai kabupaten Tubaba yang memiliki 9 kecamatan dan 9 kelompok masyarakat yang terdiri dari 4 marga asli dan 5 suku pendatang.
\”Mereka tumbuh bersama, dalam kesetaraan dan keserasian, menjadi menara- menara yang membentuk satu yakni Tubaba,\” Imbuhnya. (Arie)