Lampung (Netizenku.com) : Tercatat pada hari ini, Senin (8/10/2018), rupiah resmi menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot pada Senin siang pukul 14:10 WIB, berada di Rp 15.252.
Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Dilihat dari posisi penutupan, titik terlemah rupiah ada di Rp 15.250/US$, yang terjadi pada saat krisis moneter (Krismon) 9 Juli 1998 atau sekira 20 tahun lalu.
Sekarang angka itu sudah terlampaui, sehingga rupiah mencatat rekor terlemah baru sepanjang sejarah.
Faktor eksternal dan domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah yang cukup dalam hari ini.
Sedangkan pada Senin sore pukul 16:00 WIB, US$1 ditutup di Rp 15.215. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Dari luar, keperkasaan dolar AS memang sedang sulit tertandingi. Pada pukul 14:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) menguat 0,2%.
Dolar AS mendapat energi penguatan dari rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam periode September yang sebesar 3,7%.
Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Angka pengangguran di 3,7% adalah yang terendah sejak 1969.
Artinya, konsumsi dan daya beli masyarakat AS akan semakin kuat karena mereka yang mencari pekerjaan semakin mudah mendapatkannya.
Ancaman inflasi pun semakin nyata, yang membuat The Federal Reserve/The Fed kian yakin untuk menaikkan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS, utamanya di instrumen berpendapatan tetap, akan ikut terdongkrak.
Akibatnya, arus modal mengarah ke dolar AS karena investor bersiap masuk ke pasar obligasi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari rilis cadangan devisa.
Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir September sebesar US$ 114,85 miliar. Turun US$ 3,08 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Sejak awal tahun, cadangan devisa Indonesia sudah melorot US$ 17,13 miliar.
Cadangan devisa memang masih memadai dan di atas kecukupan internasional.
Namun apabila terus berkurang, maka akan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia semakin rentan menghadapi gejolak eksternal.
Menipisnya cadangan devisa membuat amunisi bank sentral untuk mengintervensi rupiah kian terbatas. Alhasil, rupiah bisa kekurangan energi untuk bisa menguat pada awal pekan ini. (cnbci/lan)