Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Lampung memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Suriah dan nonton bareng film dokumenter Road to Resilience yang digelar di Universitas Lampung (Unila).
Bandar Lampung (Netizenku.com): Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Ruangobrol, Yayasan Prasasti Perdamaian, serta bekerja sama dengan Unila. Acara ini menjadi bagian dari upaya preventif dalam mencegah penyebaran paham ekstremisme yang mengarah pada terorisme, khususnya di kalangan generasi muda.
Perwakilan Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Hermansyah, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menilai bahwa pendekatan melalui media edukatif seperti film dan buku sangat strategis dalam memperkuat wawasan kebangsaan di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang kian pesat.
“Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan lebih dari 1.300 suku, ratusan bahasa daerah, enam agama resmi, dan lebih dari 180 aliran kepercayaan. Keberagaman ini adalah kekuatan kita,” kata Hermansyah.
Ia juga mengingatkan bahwa penyebaran paham radikal saat ini banyak menyasar kelompok rentan melalui media sosial.
“Jika perempuan, anak, dan remaja terpapar radikalisme yang bersumber dari intoleransi, maka kita menghadapi ancaman serius terhadap masa depan bangsa. Perlu pendekatan yang lunak namun efektif dan partisipatif dari seluruh elemen masyarakat,” tegasnya.
Film Dokumenter Road to Resilience: Kisah Penebusan dan Harapan
Film Road to Resilience mengangkat kisah nyata Febri, seorang remaja Indonesia yang sempat terjerumus dalam bujuk rayu ISIS dan berangkat ke Suriah. Film ini menggambarkan proses Febri dalam menemukan jalan kembali ke Indonesia, lalu menghadapi stigma serta tekanan sosial setelah kembali dari zona konflik.
Setelah melalui proses interogasi dan pembinaan oleh BNPT dan Densus 88, Febri memulai kehidupan baru di Depok, Jawa Barat. Puncak film memperlihatkan momen haru saat Febri menyelesaikan pendidikan dan merayakan wisuda bersama orang tuanya—simbol penebusan dan harapan baru.
Lebih dari sekadar dokumentasi perjuangan pribadi, film ini juga menggambarkan pentingnya pendekatan kemanusiaan dalam proses reintegrasi mantan simpatisan kelompok radikal ke tengah masyarakat.
Bedah Buku Anak Negeri di Pusaran Suriah: Potret Kemanusiaan di Tengah Konflik
Selain pemutaran film, acara juga membedah buku Anak Negeri di Pusaran Suriah karya Dr. Noor Huda Ismail. Buku ini merekam pengalaman penulis dalam proses pemulangan 18 WNI dari Suriah pada Agustus 2017, yang memperlihatkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan harapan tetap menjadi fondasi utama.
Melalui pengalamannya dalam membangun narasi tandingan terhadap ekstremisme kekerasan, Noor Huda menawarkan sudut pandang yang empatik dan mendalam atas kompleksitas konflik. Buku ini mengajak pembaca memahami dimensi lain dari radikalisasi, sekaligus membuka ruang dialog untuk masa depan yang lebih damai. (*)