Bandarlampung (Netizenku.com): Seorang pria paruh baya bermodalkan tekat dan nekad berhasil kelilingi nusantara dari Sabang hingga Merauke.
Pakde Sutyo suyatno (53) namanya, memulai perjalanan untuk menyiasati arti hidup sejak tahun 2000, Pakde Sutyo berhasil menjamahi pulau-pulau di Indonesia. Dari Jawa, Bali, Timor Timur, Irian Jaya hingga Sumatera.
Berangkat dari kota Pekalongan bertujuan ke Banda Aceh, Pakde Sutyo kembali melakukan perjalanan melintasi Sumatera yang dimulainya 2016 silam. Perjalanan ini merupakan yang terakhir sebagai puncaknya untuk menuju istana negara.
Pijakan kaki yang seharusnya lemah untuk menopang beban sebuah tas yang sudah nampak kumuh dimakan usia. Bersenjata dengan sebuah tongkat kayu dibaluti kain bendera merah putih diatasnya menjadi kebanggaan tersendiri untuk merajut asa.
Berjalan sendirian dengan konsisten, tidak sedikitpun menggunakan transportasi darat, terkecuali kapal laut untuk menyebrangi samudera.
Lapar sudah jadi hal lumrah baginya. Sepeserpun uang tak dibawa, bahkan untuk merajut kehidupan disetiap perjalanannya. \”Anak saya sering telepon,\’sudah makan belum?\’ itupun sudah membuat saya bahagia.\” katanya.
\”Barang yang saya bawa sudah sangat berat, jika keliling Nusantara membawa uang, butuh berapa banyak uang yang akan dibawa untuk menghidupi saya? Mungkin sekarungpun tak akan cukup. Akan semakin berat beban yang saya bawa,\” terang Pakde, tanpa gigi hiasi tawanya.
Hanya dengan KTP dan surat jalan sebagai andalan dan saksi bisu utama untuk membuktikan kepada beribu orang yang telah dijumpainya disepanjang perjalanan Pakde Sutyo.
\”Kalau orang Jawa bilang, Kuleh nggolek sakjeruni wintoro, mencari sejatinya alam, kita nikmati apa yang ada dikiri dan dikanan,\” ujarnya sangat tegas dengan tangan berwana cokelat gelap diangkat untuk meyakinkan kegagahannya.
Baginya, untuk orang seperti ini sejatinya sudah dapat dibilang langkah. Kebanyakan orang berjalan dengan iming-iming pencitraan dan sebagainya. Ia menegaskan, jika dirinya sungguh berbeda. Ketika berhasil bertemu dengan kepala daerah, itupun merupakan bonus dalam perjalanannya.
Dibulan Desember pakde akan ke istana negara, berkas-berkas yang berhasil ia kumpulkan akan diserahkan kepada Presiden. “Namun saya tidak muluk-muluk, diterima Alhamdulillah, kalau tidak, ya legowo saja. Jika saya terlalu berharap takutnya stress jadinya.\” ujarnya.
Sebuah alasan yang begitu sederhana memotivasi Pakde Sutyo melakukan perjalanannya.\”Bagi saya, yang membangkitkan diri adalah mampu tidaknya seorang dengan seusia saya mengelilingi tanah Indonesia,” ungkapnya.
Pakde Sutyo menjelaskan, rintangan dalam perjalanannya sungguh sangat banyak, berbagai daerah memiliki kesan yang berbeda. Seperti Kota Bandarlampung, yang mebuatnya bangga ialah warga di Bandarlampung respect akan keberadaannya ketika menyinggahi daerah ini.
\”Tetapi tak semua daerah seperti itu. Sedikitnya hanya 5 daerah yang merespons keberadaanya, salah satunya kota Bandarlampung.\” jelas Pakde Sutyo di depan Gedung Pelayanan Pemerintah Kota Bandarlampung, Senin (25/2).
Ia bersyukur diterima di Kota Bandarlampung, bahkan diterima langsung oleh Walikota Bandarlampung Herman HN. “Saya sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kota Bandarlampung yang telah menerima saya. Penerimaan ini juga merupakan bagian dari kebahagiaan dalam perjalanan,” pungkasnya. (Adi)