Bandarlampung (Netizenku.com): Calon wakil presiden no urut 01 , Ma’ruf Amin menggelar pertemuan sekaligus bersilaturahmi dengan sejumlah tokoh lintas agama yang ada di Provinsi Lampung. Dalam kesempatan tersebut ia berkomitmen menjaga keutuhan bangsa tanpa diskriminasi.
Kiai sepuh tersebut berpesan, agar seluruh umat di Indonesia dapat menjaga tali persaudaraan. Sehingga, tercipta suasana bangsa yang aman, kondusif, dan damai. Khusus untuk umat Islam, dia meminta agar tidak mudah terhasut oleh pihak-pihak yang sengaja ingin memecah belah persatuan.
“Umat Islam tak boleh ada yang memperdebatkan antara keislaman dan kebangsaan. Itu sudah selesai. Para pendahulu kita sudah menyelesaikan. Alhamdulillah, tidak ada lagi konflik yang mempersoalkan keislaman dan kebangsaan,” ucapnya saat menyambangi Rumah Kiai Ma’ruf Amin di di kawasan Pahoman, Kota Bandarlampung, Senin (26/11).
“Kalau masih ada yang memperdebatkan, berarti dia keliru. Persepsinya salah. Mungkin karena menganut Islam radikal,” tambahnya
Menurut pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nawawi, Tanara, Banten, itu, Indonesia merupakan negara kesepakatan yang mesti dijaga keutuhannya. Dalam Alquran terdapat ayat yang membahas mengenai kesepakatan antara umat muslim dan nonmuslim untuk hidup berdampingan secara damai.
“Dalam Alquran disebutkan, kalau ada kesepakatan untuk hidup berdampingan itu, maka tidak boleh ada nonmuslim yang terbunuh. Kalau sampai ada yang terbunuh, maka harus membayar denda yang diserahkan kepada keluarganya karena melanggar kesepakatan,” kata dia.
Menurut Ma’ruf Amin, menjaga keutuhan NKRI harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat tanpa membeda-bedakan suku maupun agama, keutuhan bangsa tanpa diskriminasi tersebut juga termasuk dengan kelompok difabel.
“Pak Jokowi dengan saya, Insya Allah akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga keutuhan bangsa ini tanpa adanya diskriminasi bagi kelompok manapun, termasuk tuna netra,” tegasnya.
Bahkan dia menegaskan, kelompok tuna netra atau difabel, juga harus dibela hak-haknya tanpa diskriminasi sedikit pun.
Dalam silaturahmi tersebut Ma’ruf Amin juga menjelaskan maksud pidatonya yang sempat menjadi kontroversi, karena dianggap menyinggung kaum difabel. Menurutnya, diksi buta dan budek bukan menyinggung kondisi fisik kaum difabel, namun ditujukan kepada sebagian masyarakat yang tidak mau mengakui pembangunan yang sudah dilakukan Jokowi. (Aby)