Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Pendidikan karakter yang kini semakin eksis dalam dunia digital kian meresahkan banyak orang. Hal itu seiring dengan krisis moral yang kian gencar terjadi, khususnya di kalangan anak muda yang notabene adalah generasi penerus bangsa. Krisis tersebut dapat kita lihat dari banyaknya informasi dan berita, baik lokal maupun nasional terkait dengan tawuran, pencurian, bullying, minuman keras, penyalahgunaan narkoba hingga seks bebas yang merajalela.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter diperlukan sejak dini untuk dapat mengurangi krisis yang kian meningkat jumlahnya tersebut, selaras dengan program Kementerian Pendidikan terkait dengan pendidikan karakter yang digaungkan dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka. Program tersebut mulai disebarkan ke seluruh pelosok negeri guna membangun penerus yang lebih baik.
Selaras dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Tulangbawang Barat (Tubaba) telah lebih dahulu menciptakan program Nenemo SSL, yaitu pendidikan karakter yang berbasis kepada siswa dan menjadi program unggulan daerah dalam melaksanakan pendidikan pada sekolah-sekolah yang ada pada wilayah tersebut.
Dikutip dari tubabacerdas.id, Nenemo SSL merupakan sebuah falsafah masyarakat Tubaba yang diaplikasikan di kehidupan sehari-hari dan juga menjadi pendidikan karakter di sekolah-sekolah Tubaba. Nemen (kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat) dengan gigih; sungguh-sungguh hati), Nedes (tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan perubahan), Nerimo (bersih hati; tulus hati; berserah diri), kemudian Setara (sama tingkat kedudukannya dan sebagainya; sebanding; sepadan; seimbang), Sederhana (bersahaja; tidak berlebih-lebihan) dan Lestari (berkelanjutan; berlangsung terus-menerus; berkesinambungan; tetap seperti keadaannya semula; tidak berubah; bertahan; kekal). Pembiasaan Nenemo SSL adalah bentuk aktivitas yang dapat dilakukan sekolah dalam mewujudkan Pendidikan Karakter Masyarakat Tubaba. Bahkan, upaya pembiasaan Nenemo SSL juga dituangkan dalam sebuah Rancangan Program Sekolah (RPS).
Sejak tahun 2021 sekolah di wilayah Tubaba telah membuat RPS yang diaplikasikan pada strata SD dan SMP. RPS tersebut terbagi menjadi project dan pembiasaan baik yang berpusat kepada siswa. Project RPS berfokus pada aspek ekologi, literasi, dan gizi seimbang, sedangkan pembiasaan baik pada RPS merujuk pada 22 pembiasaan Nenemo SSL itu sendiri. Dalam pelaksanaannya sekolah dapat memilih fokus project yang menjadi potensi di sekolah tersebut, baik pada aspek ekologi, literasi maupun gizi seimbang.
Sekolah juga dapat memilih pada 22 pembiasaan Nenemo SSL yang akan diterapkan menjadi pembiasaan di sekolah tersebut dan dilaksanakan sesuai potensi sekolah masing-masing.
“Nah, untuk mengetahui sejauh mana dampak dari program sekolah dan menilik kembali hal-hal yang telah dilaksanakan oleh sekolah, maka diadakanlah Refleksi Sekolah,” ungkap Qudsiah Nur Avia, Team Officer Tubaba Cerdas, saat berbincang-bincang, Sabtu pagi (9/9).
Pelaksanaan Refleksi sekolah ini dilakukan di minggu ke-3 bulan Juli hingga awal Agustus 2023. Refleksi sekolah ini dilaksanakan oleh sekolah yang memiliki guru penggerak Tubaba Cerdas. Akan tetapi, sekolah lain yang tidak memiliki guru penggerak pun ada yang ikut melaksanakannya. Refleksi sekolah ini dilaksanakan oleh masing-masing sekolah dan difasilitasi oleh guru penggerak, dan juga ada Kepala Sekolah yang mau untuk memfasilitasi kegiatan tersebut. Refleksi sekolah dihadiri oleh seluruh warga sekolah dan juga didampingi oleh pengawas dan juga Officer Tubaba Cerdas.
Monitoring dan evaluasi terus dilakukan dalam upaya menyempurnakan program Nenemo SSL tersebut, salah satu diantaranya adalah Refleksi RPS dan penyusunan kembali RPS yang sudah direfleksikan tersebut. Pelaksanaan refleksi tersebut dilakukan oleh sekolah dampingan yang memiliki guru penggerak daerah dari Tubaba Cerdas dalam strata SD dan SMP, yang dilaksanakan dalam bulan Juli 2023.
“Refleksi tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak dari program RPS sekolah dan menilik kembali kegiatan yang sudah dilakukan apakah sudah cukup baik atau belum. Kesimpulan dari refleksi tersebut kedepannya menjadi evaluasi bersama dalam penyusunan RPS sekolah yang baru agar lebih efisien untuk diaplikasikan,” jelas Avi, sapaan akrabnya.
Kegiatan Refleksi RPS dilaksanakan oleh setiap sekolah SD hingga SMP dan diikuti oleh seluruh warga sekolah, termasuk kepala sekolah, serta dimonitoring oleh pengawas maupun korwascam, korwasda pada wilayah setempat. Hal menarik dalam pelaksanaan refleksi tersebut adalah menggunakan teknik fasilitasi dan metode yang menyenangkan.
Ada berbagai macam games, energizer, ice breaking, dan diskusi kelompok yang sangat menarik. Oleh sebab itu, ada juga beberapa sekolah yang tidak memiliki guru penggerak daerah juga ingin melaksanakan refleksi di sekolahnya secara mandiri dengan mengikuti refleksi dari guru penggerak wilayah setempat sebagai media transfer learning yang akan diaplikasikan di sekolahnya masing-masing.
“Hasil dari kegiatan refleksi ini berupa RTL (Rencana Tindak Lanjut) dengan output penyusunan RPS baru yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah melalui penandatanganan kesepakatan bersama, sehingga nantinya saat implementasi RPS semua perangkat sekolah dapat terlibat dengan aktif,” paparnya.
Pelaksanaan refleksi RPS menurutnya dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolahnya, asalkan essensi dari refleksi RPS tetap terjaga dengan baik dengan tujuan dan output yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai contoh dapat dimodifikasi dalam games, ice breaking, energizer, maupun teknis pelaksanaannya yang tidak harus dilakukan dalam satu tempat. Salah satu yang memodifikasi hal tersebut adalah sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Gunung Agung, dimana pelaksanaannya dilakukan dalam satu tempat secara bersama-sama.
Ketika sesi refleksi RPS dilakukan, dibagi kedalam kelas-kelas mandiri sesuai dengan anggota sekolahnya masing-masing. Kemudian, pada sesi penutup dilakukan presentasi hasil refleksi masing-masing sekolah secara bersama-sama. Untuk sesi fasilitasi, dapat dipimpin langsung oleh guru penggerak daerah, namun ada juga yang dipimpin oleh kepala sekolahnya sebagai inisiasi yang efektif.
“Harapannya, refleksi RPS seperti ini dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan karakter penerus bangsa yang lebih baik dan dapat dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang ada pada wilayah tersebut, sehingga kedepannya hal seperti ini dapat terlaksana dengan baik dengan dukungan berbagai pihak,” pungkasnya. (Arie/Leni)