Bekasi (Netizenku.com) : Penulis yang juga Sejarawan, Peter Kasenda meninggal dunia di kediamannya, Perumahan Jatikramat Indah Sari Gaperi T7, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (10/9/2018).
Kondisi jasad Peter ditemukan sudah membusuk di dalam rumahnya tertelungkup di lantai.
Saat itu, petugas keamanan yang hendak mengirimkan paket mencium bau menyengat dari dalam rumah Peter.
Petugas itu lalu lapor ke Ketua RT 06/06, Hendy. Dia pun mengajak pihak keamanan bersama warga lain untuk mengecek ke dalam.
\”Anggota keamanan mau ngasih paket, surat, itu ternyata lampunya nyala, tapi kunci di luar. Terus dia (Satpam) bilang ke saya, \’Udah ada bau-bau nih\’,\” kata Hendy di rumah Peter.
\”Saya nggak berani sendiri, karena (takut) disalahin sama kepolisian sebab pintu tertutup, kunci di luar, tapi dislot dari dalam. Ya sudah dibuka paksa pake linggis,\” sambungnya.
Saat media ke lokasi, pagar rumah tersebut ditutup dan tampak petugas keamanan tengah mengepel bagian dalam rumah tersebut. Aroma tak sedap masih tercium di sekitar lokasi.
Lalu jasad Peter dibawa ke RS Polri untuk diautopsi. Diduga, Peter telah meninggal dunia beberapa hari lalu.
\”Mungkin diperkirakan tiga hari yang lalu. Mungkin bisa nunggu autopsi dari polisi,\” ujar Hendy.
Tinggal Sendiri
Di lokasi yang sama, ada Hendra yang merupakan kerabat Peter. Mereka ada dalam satu komunitas rohani.
Hendra mengatakan Peter sempat mengaku mengalami asam urat. Berat badan Peter juga sudah susut.
\”Saya cukup dekat dengan beliau. Waktu jaman \’90-an dan belakangan saya coba tanya, \’Pet gimana lo?\’ \'(dijawab) tangan sakit, pegel-pegel, asam urat katanya\’. Beda dengan tahun \’90, badannya besar, sekarang kecil (badannya). gulanya juga. Dia ada macam-macam penyakit yang terindikasi seperti itu,\” ujar Hendra.
Peter tutup usia di umur 61 tahun. Selain sebagai penulis, Peter juga mengajar di Universitas 17 Agustus.
Sementara itu, sejarawan JJ Rizal juga mengatakan kabar soal meninggalnya Peter sudah beredar di grup-grup WhatsApp.
Dia masih menunggu kabar dari mahasiswa sejarah yang mendatangi rumah Peter untuk memastikan kabar tersebut.
\”Itu sudah beredar dari tadi siang di grup-grup. Cuma Pak Peter itu kan hidup sendiri, tak ada istri. Jadi harus dipastikan gitu,\” tuturnya.
Peter sempat bekerja sama dengan Rizal dengan menulis buku di penerbit milik Rizal. Dia mengaku komunikasi terakhirnya dengan Peter terjadi sekitar 10 hari lalu.
\”Saya sendiri komunikasi dengan beliau 10 hari lalu. Sepuluh hari lalu di meminta tolong apakah royaltinya bisa dibayarkan lagi, butuh uang untuk menulis lagi. Kemudian kita kirim royalti. Tapi belum ada jawaban,\” ujar Rizal.
Kesalahan Jokowi
Peter Kasenda pernah menyesalkan kesalahan Presiden Jokowi yang menyebut kota Blitar sebagai tempat kelahiran Soekarno, pada pidato peringatan hari Pancasila 1 Juni 2015 lalu.
Kesalahan penyebutan tersebut merupakan hal yang fatal bagi Jokowi sebagai seorang Presiden.
\”Bagi saya, kesalahan menyebutkan tempat lahir Soekarno itu fatal, harusnya presiden membaca naskah pidato terlebih dahulu sebelum menyampaikan,\” ujar Peter di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (6/6/2015).
Peter menuturkan, Jokowi sebagai presiden seharusnya melakukan napak tilas terhadap seluruh presiden Indonesia sebelumnya.
Hal tersebut dianggap penting bagi Jokowi agar mengetahui berbagai informasi personal dari para pendahulunya.
\”Jokowi harusnya menyaring data-data pidato yang akan dia bacakan, jangan langsung dibaca. Fatal akibatnya kesalahan seperti itu,\” ujar Peter. (dtc/cni/lan)