Merasa tidak ada tindakan dari pemerintah setempat, warga Suoh menggantungkan harapan pada Gubernur Lampung untuk menertibkan perambah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Terlebih setelah “Mbah Kumis” acapkali menyatroni perkampungan mereka.
Lampung Barat (Netizenku.com): “Kalau nyeberang jalan Mbah Kumis nyantai. Dia enggak takut sama manusia. Terpaksa kendaraan yang mau lewat mesti berhenti. Enggak berani ngapa-ngapain. Takut Mbah Kumis marah lalu menyerang,” kata Marbun saat dijumpai di kediamannya di Pekon Suka Marga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat (Lambar), Senin (28/4/2025).
Mbah Kumis yang dimaksud pria 55 tahun ini adalah harimau Sumatera yang berhabitat di TNBBS. Letak hutan konservasi yang bersisian dengan jalan perkampungan ini memang memungkinkan dijangkau harimau. “Kejadian kayak gitu bukan sekali dua kali. Tapi sering. Kami duga makanan Mbah Kumis di hutan sudah habis diburu para perambah. Akhirnya dia turun ke perkampungan mencari makan. Ujung-ujungnya warga kampung sekitar TNBBS yang kena getahnya,” cerita Marbun.
Dia menambahkan, perkampungan tempatnya berdomisili memang berbatasan dengan kawasan TNBBS. Marbun bercerita, ada kenalannya di kampung sebelah yang mengaku 10 ayam peliharaannya ludes dimangsa harimau yang menyatroni pekarangan di belakang rumahnya belum lama ini. “Tapi kawan saya enggak mau cerita ke tetangga atau aparat. Dia enggak mau nanti warga heboh,” imbuhnya lagi.
Marbun masih punya cerita lain seputar kemunculan harimaudi sekitar TNBBS. Menurutnya ada seorang perambah bernama Jojon. Dia satu dari banyak pendatang yang membuka kebun kopi di hutan konservasi TNBBS. Sambil menunggu kopi panen, Jojon kerap menjual durian di pinggir jalan yang juga bersebelahan kawasan hutan.
“Pak Jojon itu pernah bilang kalau dia sudah sering melihat harimau. Malah dia menganggap harimau sudah jadi kawan. Mungkin saking sudah biasa melihat Si Mbah Kumis,” ungkap Marbun.
Cerita lainnya lebih mengerikan. Marbun menyimpan foto-foto korban perambah yang tewas dimangsa Mbah Kumis. Korban dikenali bernama Zainuddin alias Pon. Foto-foto yang memperlihatkan potongan organ tubuh korban yang sudah tidak utuh lagi itu disimpan di galeri androidnya.
“Kepala dan kaki korban sudah dimakan Si Mbah Kumis. Yang tersisa cuma tangan dan separuh badan. Tapi itu juga sudah terpisah-pisah. Enggak nyatu lagi,” kisahnya.
Marbun yang mengaku ikut dalam pencarian jasad korban menyebut sisa potongan tubuh ditemukan 700 meter darilokasi perkiraan pertama korban diserang harimau. Potongan kaki dan badan ditemui tertimbun dahan pohon.
“Rupanya Mbah Kumis kalau makan mangsanya enggak langsung dihabisin. Sisanya itu disembunyikan di bawah tumpukan kayu atau daun-daunan. Kalau menurut warga, selang sehari atau dua hari, biasanya Si Mbah Kumis bakal datang lagiuntuk memakan sisa mangsanya,” urai Marbun.
Masih menurutnya, saat pencarian sisa jenazah Pon, warga mendapati bekas tapak harimau yang terbilang besar. “Sempat ada yang ngukur bekas tapak Si Mbah Kumis. Besar sekali. Sampai 15 centimeter,” ucapnya.
Kiranya fenomena sepanjang 2024 hingga awal 2025 yang sudah merenggut banyak nyawa ini menarik perhatian Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal. Meski baru dilantik pada 20 Februari 2025 lalu, dirinya langsung memberi perhatian besar untuk mencari solusi penanganan.

“Ini menyangkut nyawa manusia. Apalagi kejadiannya di kawasan konservasi TNBBS yang mestinya steril dari pemukiman perambah,” kata Gubernur Mirza, sesaat setelah mendarat menggunakan helikopter di Lapangan Balai Desa, Pekon Suka Marga, Kecamatan Suoh, Lambar, Minggu (27/4/2025).
Sebelum menemui warga, gubernur melangsungkan rapat tertutup bersama Komandan Korem 043/Gatam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah didampingi Dandim 0422 Lambar Letkol Inf Rinto Wijaya dan Kapolda Irjen Pol Helmy Santika. Turut pula hadir mantan Kepala TNBBS Ismanto dan Bupati Lambar Parosil Mabsus. Kehadiran Parosil cukup menarik perhatian awak media karena pada undangan kegiatan yang beredar tidak tercantum nama yang bersangkutan.
Saat berdialog bersama warga, Gubernur Mirza menyampaikan kehadirannya bersama danrem dan kapolda khusus untuk melihat kondisi Suoh yang berbatasan denganTNBBS. “Saya baca di berita ada satwa liar yang masuk keperkampungan. Saya mau dengar langsung bagaimana ceritanya,” kata dia.
Gubernur juga menegaskan TNBBS merupakan hutan konservasi yang dilindungi dunia. Setahunya warga setempat sudah ratusan tahun tinggal di sekitar hutan tanpa ada konflik dengan satwa liar sebelumnya. Tapi akhir-akhir ini baik interaksi negatif antara satwa liar dan manusia yang terjadi di dalam kawasan TNBBS maupun konflik satwa liar dengan manusia yang berlangsung di luar TNBBS dan biasanya menyasar perkampungan sekitar, menunjukkan peningkatan. Setidaknya sudah jatuh korban 3 tewas dan 1 selamat setelahberkonflik dengan harimau.
“Saya juga melihat area terbuka di kawasan TNBBS sudah banyak. Data menyebutkan sudah mencapai 7 ribu hektare lebih area yang rusak,” imbuh Gubernur Mirza.
Dirinya pun menyampaikan terdapat seribu lebih rumah beratap seng yang tersebar di kawasan hutan konservasi. Gubernur menyebut sangat tidak mungkin para perambah yang berjumlah ribuan itu datang seketika. Namun nyatanya aktivitas perambahan terus berlangsung tanpa ditangani.
“Kalau saya lihat data warga Suoh ya tidak banyak-banyak juga. Nah, para perambah itu dari mana, kok bisa sampai banyak jumlahnya di dalam TNBBS,” sergah Gubernur.
Mirza sangat yakin warga Suoh pasti sudah diajarkan oleh orangtua dan nenek moyangnya untuk hidup berdampingan dengan alam, termasuk diberitahu cara bagaimana melestarikan hutan dan isinya. Itu terbukti dari keselarasan antara warga dan satwa hutan selama ini.
Tindakan ini, tambahnya, sangat diapreasiasi oleh internasional mengingatTNBBS merupakan salah satu warisan dunia. “Penghargaan dunia itu sangat membanggakan dan kita bersama-sama harus terus menjaga kehormatan itu,” pinta Gubernur.
Sejalan dengan pemaparan gubernur perwakilan warga setempat mengutarakan sepakat bila Pemprov Lampung akan melakukan penertiban terhadap para perambah di TNBBS. “Kami selama ini sudah resah dengan ulah perambah yang merusak hutan. Termasuk marahnya harimau itu ya karenarumahnya sudah diacak-acak perambah. Makanya kami berharap Bapak Gubernur segera menertibkan para perambah,” harap Thamrin, warga Pekon Sumber Agung. Hal serupa juga disampaikan Suhada anggota masyarakat PekonNegeri Jaya serta Darso dari Pekon Srimulyo.
Pada kesempatan itu Gubernur Mirza menukil cerita yang terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz yang memimpin Bani Umayyah. Ketika itu, serigala dan domba bisa hidup berdampingan tanpa saling menyakiti. Serigala tidak memangsa domba. Karena mereka sudah menerima keadilan dari Umar bin Abdul Aziz. Masing-masing hewan sudah disediakan makanannya sehingga serigala malu bila masih memangsa domba.

“Konflik satwa dengan manusia ini juga akan hilang kalau kita bisa adil. Manusia bisa menghargai alam,” pungkas Mirza.
Pada bagian dialog berikutnya Danrem Brigjen TNI Rikas Hidayatullah menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Gubernur Lampung untuk melakukan penertiban terhadap perambah di TNBBS.
“TNI siap mendukung kebijakan PemprovLampung. Anggota kami pun selama ini telah aktif memberisosialisasi terhadap perambah. Nanti melalui kolaborasi bersamaPolri dan pemerintah Lampung dapat dilakukan kegiatan yang lebihefektif lagi,” katanya.
Sementara Kapolda Irjen Pol Helmy Santika menjelaskan, sebelum membahas lebih lanjut tentang penertiban perambah, dia meminta mesti ada kesepakatan terlebih dahulu bahwa keseimbangan ekosistem alam harus dijaga.
“Terkadang kita sebagai manusia berpikir ingin memenuhi kebutuhan dasar hidup. Tapi keinginan itu jangan sampai membuat keseimbangan alam terganggu. Misalnya dengan merusak alam TNBBS dan satwa liar di dalamnya. Alasan memenuhi kebutuhan hidup tidak boleh sampai merusak. Sebab, seandainya gajah dan harimau bisa bicara, tentu mereka akan bilang, Kami juga hanya sekadar survive ingin bertahan hidup di habitat kami,” katanya.
Menurut Helmy, kalau sampai satwa liar ke luar hutan dan masuk perkampungan untuk mencari makan tiada lain karena semua makanannya di hutan sudah habis diburu perambah. Lantas siapa sesungguhnya yang sudah bersikap sadis?
“Saya minta warga yang hadir bisa sampaikan ke tetangga atau saudara yang masih merambah di TNBBS. Anggap saja ini sebagai warning. Peringatan. Jangan sampai kaget kalau penanganan ini sudah diambil alih Pemprov Lampung dan sudah diberi sosialisasi persuasif tapi masih juga ada yang ngeyel, maka akan diambil tindakan penegakkan hukum secara tegas. Saya harap perambah sadar dan bisa segera meninggalkan kawasan hutan konservasi,” tegas Kapolda. (*).