Bandarlampung (Netizenku.com): Ada yang menarik sekaligus menggelitik saat berlangsungnya debat calon gubernur Lampung yang dihelat KPU di Hotel Novotel, Sabtu (7/4) kemarin. Ketika itu salah satu calon gubernur (cagub) terlihat gelagapan saat mendapat pertanyaan dari moderator seputar e-commerce.
Bahkan hingga waktu untuk menjawab habis berlalu, cagub itu masih terlihat kebingungan mencerna arah pertanyaan, atau mungkin pula dirinya tidak paham makhluk apakah e-commerce itu?
Agar kita tak ikut gelagapan seperti cagub tersebut, mari kita cari tahu apakah gerangan e-commerce. Menurut Wikipedia Indonesia, electronic commerce atau e-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi atau jaringan komputer lainnya.
Disebutkan pula E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
E-commerce merupakan bagian dari e-business, dimana cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekadar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Perkembangan E-commerce di Indonesia terbilang pesat. Namun penerapannya dianggap masih sangat perlu diperluas lagi. Bahkan Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) menilai, usaha kecil menengah yang menjual produk lokal harus mengikuti perkembangan transaksi dagang daring (e-commerce). Sebab, masih banyak peluang dari ekonomi digital di Indonesia.
Menurut Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia idEA sekaligus CEO Blanja.com, Aulia E. Martino, e-commerce harus didukung dengan keberpihakan semua pihak, dan tidak berfokus hanya pada kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Keuangan.
Pelaku UKM lokal yang sedang berkembang di daerah asalnya pun juga tidak perlu dibebankan dengan administrasi. Sebaliknya, harus didukung dengan fasilitas untuk mengembangkan produknya agar layak dijual dalam situs belanja daring.
\”Banyak keberpihakan yang bisa dibangun. Banyak pula anak-anak muda yang bikin aplikasi. Namun, gimana caranya bisa mengongkosi ide brilian itu kalau tidak ada keberpihakan,\” katanya, baru-baru ini.
Demikianlah sedikit gambaran seputar istilah e-commerce dan perkembangannya di negeri ini.(Netizenku)