Bandarlampung (Netizenku.com): Terkait jalan rusak yang baru berhasil diperbaiki setelah Presiden Jokowi turun tangan, kedua paslon, Arinal-Sutono dan Mirza-Jihan kompak menyampaikan terima kasih kepada Jokowi.
“Lampung sangat bersyukur tahun kemarin Pak Presiden Jokowi hadir untuk memperbaiki jalan di provinsi Lampung,” kata Mirza pada Debat Pilgub Lampung, Minggu (13/10/2024) di Hotel Novetel Bandarlampung.
Mirza mengakui Provinsi Lampung kesulitan memperbaiki jalan yang rusak karena tidak punya anggaran. Namun ia meyakini apabila terpilih dapat mengatasi kesulitan itu dengan menggunakan skala prioritas dan berkolaborasi dengan pemerintah pusat dan pihak swasta.
“Bagi kami jalan itu ada fungsi-fungsinya, yakni untuk pertubuhan ekonomi sarana bagi masyarakat melakukan hajat-hajatnya dan fungsi sosialnya,” katanya.
Pada bagian ini, Mirza justru memuji Arinal yang ia nilai berhasil membangun kerjasama dengan Presiden Jokowi.
Menariknya, pada segmen soal jalan rusak ini, Arinal malah dengan santai menjelaskan bahwa kerusakan jalan di Lampung sudah terjadi sejak 20 tahun lalu.
“Saya punya kedekatan dengan pemerintah pusat, dan kerusakan itu saya laporkan tetapi masalahnya itu sudah berpuluh-puluh tahun. Kita bersyukur Presiden Jokowi meresponnya,” katanya.
Pasangan 01, Arinal-Sutono juga dengan mudah menjawab soal potensi perkopian Lampung yang ditanyakan oleh panelis.
Menurut data BPS pada 2023 Provinsi Lampung memiliki lebih dari 156.000 hektare lahan perkebunan kopi yang dikelola oleh 300.000 petani.
Pendapatan petani kopi rata-rata Rp26 juta per tahun atau masih di bawah pendapatan per kapita Lampung sebesar Rp48,2 juta.
Menjawab pertanyan ini, Arinal dan Sutono mengatakan saat ini Lampung tidak hanya mengembangkan robusta tetapi juga ada arabika.
Diakui pasangan ini, sebagian perkebunan kopi itu berada di kawasan hutan dengan produktivitas yang masih rendah.
“Ternyata selama ini kita ada kekeliruan dalam hal bercocok tanam kopi hingga kita bisa dikalahkan oleh Vietnam. Kesalahan kita jarak tanam pohon kopi terlalu panjang sehingga menghabiskan lahan. Kita juga salah pohonnya selalu ditebang sehingga buahnya menjadi tidak banyak,” kata Arinal.
“Kita sudah perbaiki dan berhasil di Lampung Barat sudah menghasilkan 4 ton/hektare artinya bisa menjadi Rp400 juta/tahun,” lanjutnya.
Sementara Mirza menyampaikan ekspor kopi Lampung kini lebih banyak dari daerah lain.
“30 tahun lalu, 80 persen pelaku kopi adalah pengusaha-pengusaha Lampung. Sekarang eksportir kopi tinggal 10 persen, sisanya sudah jadi PMA,” kata Mirza.(*)