Bandarlampung (Netizenku.com): Dibalik berkah musim hujan, terdapat bahaya yang mengintai. Tak hanya bencana banjir yang menjadi momok, genangan air yang diakibatkannya juga menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak, dan meningkatkan risiko penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Untuk itu, dalam rangka mencegah DBD di beberapa wilayah Lampung, Dinas Kesehatan Provinsi telah mengambil tindakan proaktif untuk mengendalikan situasi tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, mengatakan Dinkes Provinsi telah menyebar logistik ke seluruh Dinas Kabupaten/Kota untuk meningkatkan deteksi dini infeksi dengue.
Logistik yang disebarkan mencakup penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) NS1 atau RDT Combo, serta larvasida untuk abatisasi dan insektisida untuk fogging.
Meskipun terdapat keterbatasan dalam pasokan insektisida, namun upaya ini tetap dilakukan dengan memprioritaskan kabupaten/kota yang memiliki kriteria kasus tinggi.
“Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah abatisasi dan fogging di seluruh wilayah yang terdampak DBD,” kata dia ketika diwawancarai melalui pesan WhatsApp yang disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan, Edwin Rusli, Minggu (3/2).
Selain itu, lanjut dia, Dinkes Provinsi sedang berproses meningkatkan surat edaran Gubernur untuk menghadapi potensi peningkatan kasus infeksi DBD di tahun ini.
Informasi mengenai antisipasi peningkatan kasus dengue pun juga telah disampaikan kepada seluruh Dinkes kabupaten/kota.
Tak hanya itu, urai dia, koordinasi yang kuat dilakukan antara Dinkes Provinsi dengan seluruh Dinkes Kabupaten/Kota dalam upaya preventif dan promotif. Melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (GIRIJ).
“masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam mengimplementasikan PSN 3M Plus di tempat-tempat umum guna mencapai Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95%,” urainya.
Dalam hal fogging, Dinkes Provinsi juga telah menetapkan prosedur yang harus diikuti untuk mengurangi risiko dan dampak buruknya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Saat melakukan fogging, terang dia, petugas diimbau untuk mengisolasi lokasi, mengeluarkan penghuni rumah dan hewan peliharaan, serta menutup makanan dan minuman. Pelaksanaan fogging dilakukan pada pagi atau sore hari, dan selalu dilanjutkan dengan pengendalian jentik/larva melalui PSN 3M Plus.
Menurutnya, penyebaran penyakit DBD tidak memandang usia maupun pekerjaan. Sehingga seluruh masyarakat harus melakukan langkah antisipasi untuk terhindar dari penyakit berbahaya itu.
Lusi menguraikan tanda-tanda ketika terjangkit penyakit DBD. Tubuh mendadak panas tinggi, tampak lemah dan lesu, nyeri ulu hati dan belakang bola mata, kemudian tampak bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Sedangkan tanda lanjutan bagi orang yang terkena penyakit DBD itu diantaranya, terjadi pendarahan pada hidung, muntah dan buang air besar bercampur darah. Bila tidak segera di tolong dapat menyebabkan kematian.
Ketika melihat ciri-ciri tersebut. Masyarakat dapat langsung memberikan pertolongan pertama dengan memberikan minum sebanyak-banyaknya, Beri minuman susu, teh, atau minuman lainnya.
Beri obat penurun demam paracetamol, serta dapat dibantu dengan kompres air hangat untuk menurunkan suhu tinggi pada tubuh orang yang terjangkit DBD.
“Segera bawa ke Puskesmas terdekat untuk memberikan pertolongan pertama,” tutupnya. (Luki)