Liwa (Netizenku): Hari ini, Rabu (21/3), tepat seratus hari Parosil Mabsus menjabat Bupati Lampung Barat (Lambar).
Mungkin banyak yang belum mengetahui bila Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus (PM), pernah menapaki karir sebagai pendidik di ruang sekolah. Bahkan meski merupakan adik kandung Bupati Lambar dua periode, Mukhlis Basri, tidak lantas membuat dirinya melenggang mudah di karpet merah yang tergelar. Parosil justru mengawali karirnya sebagai guru honorer.
Selang beberapa waktu kemudian jalan hidup membawanya berkiprah di dunia politik. Hasilnya, ia menjadi anggota DPRD Lambar untuk tiga periode. Bersamaan dengan itu, Parosil juga menekuni kebun kopi miliknya. Dan dia terhitung berhasil di bidang ini.
Tak heran bila bupati muda tersebut terbilang sangat menguasai hal Ikhwal berkebun, sekaligus juga memahami apa yang dibutuhkan masyarakat, mengingat mayoritas warga Lambar adalah pekebun.
Kini, suami Partinia Saka, itu menjadi orang nomor satu di kampung halamannya. Selain itu dirinya juga menjadi nakhoda bagi DPC PDI Perjuangan Lambar. \”Alhamdulillah, meski kerjaan padat tapi sejauh ini tidak menemui kendala. Saya berharap seterusnya semua berjalan lancar,\” ungkap Parosil kepada Netizenku.
Hanya saja, imbuh Parosil, dirinya mengakui harus memberi perhatian ekstra terhadap peningkatan kinerja aparatur sipil negara (ASN), baik di tataran staf sampai pejabat eselon II.
\”Dari awal, saya bersama Wakil Bupati Pak Mad Hasnurin, sudah menyatakan tekad akan \’berlari\’ dalam mewujudkan visi misi pembangunan di Lambar. Maka saya tegaskan bagi ASN yang merasa tidak mampu atau berkeberatan mengikuti ritme kami, disarankan lebih baik memilih mundur,\” terang Parosil.
Saat kembali ditanya seputar membagi waktu dengan keluarga, Parosil mengakui memang mengalami keterbatasan waktu bersama keluarga. \”Untungnya keluarga memahami benar posisi dan kesibukan saya. Mereka tahu saya bukan hanya milik anak-istri saja, melainkan milik masyarakat Lambar. Dan mereka sangat paham untuk menjalankan semua kewajiban itu sangat menyita waktu,\” katanya.
Kendati demikian Parosil mengatakan dirinya masih tetap menyisihkan waktu untuk tetap meneruskan kebiasaan berkebun. \”Kebun bagi masyarakat Lambar itu mirip oksigen. Tidak bisa terpisahkan. Saya juga harus menghirup udara kebun yang sama mereka hirup. Agar saya tak tercerabut dari akar budaya dan sosial masyarakat Lambar. Agar saya dapat memahami dan tetap terus berpihak pada kepentingan rakyat,\” ungkap Parosil.
Dia menyebutkan, spirit untuk tetap menyelami kehendak rakyat itu, dia ejawantahkan saat menyusun program pembangunan. \”Karena saya petani, jadi paham apa yang menjadi kehendak rakyat. Makanya semua kegiatan musyawarah rencana pembangunan tingkat kecamatan, saya bersama Pak Wakil, selalu upayakan hadir. Kami ingin mendengar langsung apa harapan masyarakat,\” jelasnya.(Iwan)