Bahtiar sedang rehat di teras rumah. Ditemani Bunayah, istrinya. Nyaris tak ada perbincangan di antara keduanya. Selain menghela penat, pandangan tukang bubur ini tampak risau melihat derasnya hujan pada Jumat (17/1) sore itu.
Bandarlampung (Netizenku.com): Kecemasan serupa juga merundung pikiran Bunayah. Dia paham kondisi begini adalah ancaman bagi rumah mereka yang berada di bibir sungai. Pada saat bersamaan Bunayah juga tak tahu apakah walikota mereka merasakan kecemasan serupa?
Perempuan 59 tahun itu pun tak menyana, bila kebersamaannya dengan suami menjadi momen terakhir. Sebelum arus deras sungai menyeret lelaki 60 tahun itu.
Brakkk!!! suara keras dari arah dapur mendadak membuyarkan kebekuan suami-istri itu. Suaranya yang keras mendorong Bahtiar bangkit dari duduknya. Bergegas ia menghampiri sumber suara. Kiranya daun pintu di dapur lepas. Kayu lapuknya tak kuat menahan terjangan air sungai yang meluap. Dalam diam dia coba memperbaiki. Ada kekhawatiran air bakal melabrak masuk rumah kalau pintu dibiarkan berlama-lama terbuka.
Tapi malang, pintu dapur yang bersisian dengan sungai, sudah menyiapkan petaka untuk Bahtiar. Saat berupaya memperbaiki pintu, kakinya terpeleset. Dia terperosok ke sungai. Tangannya sempat menjangkau pegangan. Tapi tak lama. Seperti daun pintu, pegangan itu terlalu lemah untuk bertahan. Tenaga rentanya dengan mudah diseret kekuatan arus sungai yang sedang banjir.
Bahtiar terbawa hanyut. Dia tak sempat berucap pamit pada istrinya. Hanya ada tatapan cemas beberapa pasang mata tetangganya yang kebetulan menyaksikan peristiwa itu. Mereka pun tak kuasa membantu. Hanya cenderung terpana, sekaligus geram. Banjir berkali-kali mengusik, dan kali ini malah menjemput tetangga mereka.
Selang sehari berlalu Bahtiar yang tercatat sebagai warga Jalan KH. Ahmad Dahlan, Gang Masjid, Kelurahan Kupang Teba, Telukbetung Utara, Kota Bandar Lampung, itu baru diketahui keberadaannya.
Sayang, tim SAR menemukan tukang bubur itu sudah tak bernyawa. Dia sudah menghadap pencipta-Nya. Sabtu (18/1) pagi sekira pukul 07.30 WIB jasadnya terapung di dekat tempat pelelangan ikan Pantai Sukaraja. Itu berarti Bahtiar terseret arus banjir sejauh 2,3 kilometer dari kediamannya. Bunayah tercekat menerima kenyataan ini. Matanya basah, bulir air mata menganak sungai di pipinya, seakan gambaran alur nyawa Bahtiar yang terenggut di aliran arus banjir.
Derai air mata serupa kiranya mengalir pula dari ribuan warga lain yang terdampak banjir. Mungkin kadar kesedihannya tak sebanding dengan duka Bunayah. Namun kesedihan tetaplah kesedihan. Banjir menjadi petaka yang template, berulang dan serupa. Terjadi berkali-kali tanpa bisa dicari solusi. Bahkan oleh Walikota Eva Dwiana sekalipun. Alhasil, semakin sering Bunda, sebutan buat dirinya, menawarkan janji merampungkan persoalan banjir dengan ide membelokkan sungai, seiring itu pula publik sanksi.
Banjir, ditambah sebelumnya penanganan sampah yang tidak becus di TPA Bakung, semakin memperpanjang pekerjaan rumah (PR) yang belum juga dituntaskan Walikota Eva.
“Warga sudah banyak yang antipati. Persoalan krusial penanganannya dinomor sekiankan. Tapi untuk urusan gincu-gincu memoles pencitraan lebih di kedepankan. Jembatan penyeberangan orang ke Masjid Al Fuqon dan pembuatan tugu-tugu, misalnya. Itu kan bisa nanti-nanti. Kalau problematika yang bersinggungan dengan rakyat sudah terselesaikan,” keluh Wawan, warga terdampak banjir di sisi Way Belahu, Senin (20/1/2025).
Kekecewaan pria paruh baya itu, sangat bisa dimengerti mengingat banjir sudah kerapkali berulah. Terlebih korban yang terdampak tidak sedikit. Menurut data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung, banjir di Bandarlampung pada Jumat (17/1/2025) kemarin mengakibatkan 4 kecamatan terdampak paling parah. Sedangkan jumlah kelurahan yang terdampak banjir ada 79 kelurahan di 16 kecamatan dari 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung.
Lantas total rumah yang terdampak sebanyak 14.160 rumah, sementara untuk jumlah kepala keluarga (KK) tak kurang dari 518 KK dengan total penduduk yang terdampak sebanyak 11.223 jiwa.
Jelas itu semua bukan perkara enteng yang sesaat berlalu lantas bisa diabaikan kembali. “Sudahlah jangan pencitraan melulu. Kami, walau warga biasa, akhirnya juga jadi tahu mana yang memang bener seriusan mikirin rakyat mana yang ecak-ecak,” sungut Wawan meluapkan kegeramannya.
Menyaksikan kondisi yang tidak baik-baik saja pada sebagian besar wilayah Bandarlampung, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Lampung yang diketuai Hendri Std, bersama anggota turun menyambangi daerah terdampak di Kelurahan Gedung Pakuan, Telukbetung Selatan.
Di wilayah tersebut seratus paket sembako dibagikan ke warga yang tengah dirundung kemalangan akibat disapu banjir. “Tali asih ini mungkin tidak seberapa. Tapi semoga kehadiran kami bisa sedikit menghibur di tengah situasi tidak menyenangkan ini,” kata Sandi Fernando, Bendahara AMSI Lampung. (*)