Liwa (Netizenku.com): Puncak Temiangan Pekon Trimulyo Kecamatan Gedung Suriyan menjadi salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Lampung Barat (Lambar),
Ovick warga setempat mengatakan, Puncak Tamiangan, yang bisa ditempuh dengan waktu 10 menit dari kawasan penduduk Pekon Trimulyo, merupakan hamparan hutan yang menyuguhkan pemandangan hamparan kabut yang menutup kerimbunan hutan yang masih terjaga, perkebunan kopi warga serta pemukiman di Kecamatan Gedung Suriyan dan Air Hitam.
\”Lokasi puncak Temiangan sangat mudah dijangkau karena hanya butuh perjalanan 10 menit dari pekon Trimulyo. Dan di pagi hari, pengunjung akan menikmati pekatnya hamparan kabut yang terhampar luas,\” kata Ovick warga setempat, Kamis (4/10).
Pengunjung juga bisa menikmati dinginnya puncak Temiangan saat malam, karena sejak di kelola oleh Karang Taruna setempat, berbagai fasilitas sudah tersedia termasuk lokasi mendirikan tenda yang lokasinya bisa menikmati alam terbuka dari pemukiman, perkebunan kopi serta hutan yang masih perawan.
\”Saat ini sudah banyak wisatawan yang bermalam menggunakan tenda, baik membawa sendiri maupun menyewa milik Karang Taruna. Dan dari puncak tersebut kita bisa menyaksikan keindahan alam, dari hutan belantara, perkebunan warga serta pemukiman yang di pagi hari tertutup kabut yang menyerupai kepulan awan,\” jelas Ovick seraya meminta pengunjung untuk menggunakan jaket.
Sementara Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus yang menikmati keindahan puncak Tamiangan bersama Wakil Bupati Mad Hasnurin, meminta masyarakat setempat untuk mengelola potensi wisata tersebut dengan baik.
\”Puncak ini merupakan ciptakan Allah yang sangat bernilai, untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat dan pengunjung untuk menjaga kelestarian, terutama menjaga keutuhan hutan, sehingga hamparan kabut tersebut akan menyapa pengunjung selamanya,\” harap Parosil beberapa waktu lalu.
Sementara Ketua DPRD Lambar Edi Novial, saat berkunjung mengakui keindahan puncak Tamiangan. Dan dia berharap, Karang Taruna dan masyarakat setempat terus memperbanyak fasilitas pendukung serta menjaga keramahan, sehingga wisatawan yang datang tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi merasa berkesan dengan keramahan warga.
\”Mari yang kita jual bukan hanya keindahan alamnya saja, tetapi kearifan lokal, budaya bersih, dan keramahan masyarakat dalam menyambut dan melayani tamu harus tetap dipertahankan, dan itu akan menjadi kesan utama apakah wisatawan tersebut akan kembali berkunjung atau tidak,\” kata Edi Novial. (Iwan)