Oleh: Iwa Perkasa
Untuk kedua kalinya, Mahkamah Konstitusi (MK) kembali memberi putusan yang menguntungkan Arinal di saat dirinya terhimpit dalam situasi sulit.
Keberuntungan pertama terjadi setelah MK memutuskan masa jabatan Arinal sebagai gubernur full lima tahun. Mahkamah memutuskan masa jabatan gubernur yang habis sebelum Pilkada Serentak 2024 tidak boleh dipangkas. Akibatnya, Arinal tidak jadi lengser pada September 2023, sehingga dapat terus memimpin Lampung sampai Juni 2024.
Keberuntungan kedua, dan ini lebih dramatis, adalah keputusan yang baru saja dikeluarkan MK yang dibacakan pada Selasa (20/08/2024). Keputusan itu memberi jalan bagi Arinal menjadi peserta Pilgub Lampung 2024.
Disebut dramatis, karena sampai Senin (19/08/2024), Arinal masih dalam posisi amat sulit. Ia sebagai petahana belum mengantongi satu pun rekomendasi untuk menjadi modal mendaftar ke KPU pada 27-29 Agustus nanti.
Keputusan Mahkamah Konstitusi begitu baik untuk dirinya, lantaran mahkamah memutuskan mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah melalui Putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024 yang dimohonkan Partai Buruh dan Gelora.
Dalam putusannya, MK memutuskan bahwa ambang batas (threshold) pencalonan kepala daerah tidak lagi sebesar 25 persen perolehan suara partai politik/gabungan partai politik hasil Pileg DPRD sebelumnya, atau 20 persen kursi DPRD.
MK memutuskan threshold pencalonan kepala daerah dari partai politik disamakan dengan threshold pencalonan kepala daerah jalur independen/perseorangan/nonpartai sebagaimana diatur pada Pasal 41 dan 42 UU Pilkada.
Akibatnya, eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sebelumnya ‘ngempos’ kehabisan partai politik otomatis punya harapan. Anies bisa melaju bersama PDIP, meski tanpa teman koalisi.
Arinal pun demikian.
Putusan MK ini telah memberinya kesempatan untuk terus melaju menjadi calon Gubernur Lampung. Peluangnya besar, karena hanya butuh kewarasan Partai Golkar.
Hari-hari lalu yang merisaukan, bisa berubah menjadi hari-hari menyenangkan bila Partai Golkar, di mana Arinal ada di dalamnya, mau menaikan status dari calon yang diinstruksikan menjadi calon yang direkomendasikan.
Golkar tak perlu sokongan partai lain. Partai Golkar yang kini di bawah pimpinan Bahlil dapat mencalonkan kadernya sendirian, tanpa perlu berkoalisi.
Sekali lagi, masa depan pencalonan Arinal tergantung kewarasan Partai Golkar yang selama ini kerap melekatkan predikat kepada Arinal sebagai kader terbaik.
Munas Golkar sudah berakhir dan Arinal mungkin sedang dalam perjalanan pulang. Seorang teman, Gindha Ansori Wayka menyemangati, “Sebaiknya Arinal terus didorong untuk terus maju agar kotak kosong yang melambangkan matinya demokrasi enyah di Bumi Lampung.(*)