Percayalah, Tidak Ada Makan Siang Gratis!

Redaksi

Rabu, 25 April 2018 - 11:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Foto ilustrasi: Netizenku.com)

(Foto ilustrasi: Netizenku.com)

Merasa jengah lantaran teman-temannya sibuk membanggakan kebolehan anaknya masing-masing, Emak Sodik tak sudi berdiam diri. Dia juga tancap gas angkat bicara. \”Waw, Sodik gambar Paslon nomor satu. Wuih-wuih…Pak Mustafanya ganteng sedangkan Pak Jajulinya ngademin. Nggak nyangka deh kalau ternyata anak ibu ini jago ngegambar. Nurun siapa kamu, Nak? Warisin kepandaian almarhum Mbah buyutmu kayaknya, nie. Karena dulu Mbah Uyut memang pinter gambar wayang,\” timpalnya, sambil ngucek-ngucek rambut poni Sodik.

Disanjung setinggi langit oleh ibunya masing-masing, anak-anak itu malah kompak pasang muka meringis. Mereka merasa miris pada ibu-ibu itu. Katanya pro demokrasi. Sampai seluruh kampanye Paslon Pilgub dihadiri. Tapi menyebut nomor urut Paslon saja salah. Terbolak-balik, tertukar-tukar. Halooo….ngapain aja waktu datang ke kampanye?

Malah sekarang justru bocah-bocah ingusan itu yang lebih paham soal Pilgub. Ini mungkin yang dikhawatirkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Lembaga ini memang getol meminta penyelenggara pemilu dan peserta pilkada untuk tidak melibatkan anak-anak dalam urusan politik.

Baca Juga  Kalau Dia Menang, Kita Plesiran

Pokoknya, semua kampanye berbau politik harus steril dari kehadiran anak-anak. Walau untuk yang satu ini, sampai sekarang pun masih cukup sulit buat diimplementasikan. Lantaran terbentur kendala klasik urusan domestik para orangtua yang tidak bisa meninggalkan anaknya di rumah.

Tapi akan lucu atau malah memprihatinkan bila kedapatan ada bocah ingusan yang sering diajak nonton kampanye Pilgub, akhirnya jadi pintar berpolitik. Akan lebih kompleks lagi kalau ternyata bocah tersebut sampai punya pilihan paslon sendiri, berdasarkan suara hati nurani yang murni nan suci milik seorang anak yang belum akil baligh.

Baca Juga  Mengurai Belitan Sembilan Naga

Lebih seru lagi kalau ternyata pilihan bocah-bocah semacam Sodik, Kodrat, Usup dan Neneng itu, berbeda dengan pilihan orangtuanya. Bisa dibayangkan bila itu sampai benar terjadi. Umpamanya si ibu milih Paslon A, dan karena takut berbeda pendapat lalu kena sanksi embargo saat di kamar, suaminya pun manut memutuskan pro ke Paslon A.

Tapi ketenteraman itu bisa mendadak koyak saat diketahui buah hati mereka yang mengucap huruf R pun masih belepotan, tiba-tiba ngotot bahkan beraliran keras lebih cenderung menjagokan calon B.

Bisa makin runyam urusannya kalau si bocah memaksakan kehendak pada ibu dan ayahnya untuk menyamakan pilihan dengannya. \”Pokoknya pilih B. Kalau nggak nurut, aku nggak mau makan. Biar aja aku sakit. Biar diopname sekalian pake BPJS. Bodo amat. Pokoknya pilih B!\” Desak si bocah. Berabe toh urusannya?!

Baca Juga  Iwan Fals, Kamu Baik-baik Saja?

Tapi apa iya anak-anak yang dibawa ke kampanye Paslon, alam pikirnya bisa langsung terkontaminasi dan terdoktrinasi oleh logika politik yang dipenuhi muatan propaganda dan janji-janji politik kandidat?

Kalau orang dewasa yang ikut kampanye saja masih sering kedapatan tidak paham atau sesungguhnya memang cuek dengan urusan kampanye, jangan-jangan para bocah yang dituntun orangtuanya datang ke kampanye pun justru menganggap mereka sedang diajak kondangan ke pesta kawinan. Sambil asyik tengok kanan-kiri seraya benaknya menggugat, \”Kapan ya makan prasmanannya dimulai? Oh iya, makan siang kali ini gratis atau ditukar surat suara?\” UPS! (Hendri Std)

Berita Terkait

Ini Dampak Perang Iran-Israel Terhadap Ekspor Impor Lampung
Senam Ritmik Lampung Persembahkan Emas dan Perak PON XXI
Akankah Parosil Melenggang Tanpa Lawan di Pilkada Lambar?
Tidak Kalah Genting dengan Politik Uang, Netralitas ASN Jadi Momok Pilkada 2024
Bumi Manusia dan Penawaran Pelajaran Hidupnya
Demokrasi Lampung Rusak, Penyelenggara Sibuk “Main Mata” dengan Caleg
Pasca Jadi Bahasa Resmi UNESCO, Ini Tindak Lanjut Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Jungkir Balik Juga Perlu Pelumas

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 13:39 WIB

Belasan Personel Polres Pringsewu Terima Penghargaan Khusus

Senin, 18 November 2024 - 19:24 WIB

Sinergi PWI-Polres Pringsewu Wujudkan Keterbukaan Informasi Kredibel dan Akuntabel

Senin, 18 November 2024 - 16:39 WIB

Polres Pringsewu Ajak Masyarakat Tolak Politik Uang di Pilkada Serentak 2024

Jumat, 15 November 2024 - 19:18 WIB

Terobosan Bidang Kesehatan Stem Cell dan Kanker, Pemkab Pringsewu Jalin Kerjasama dengan SCCR Indonesia

Jumat, 15 November 2024 - 13:06 WIB

Aksi Sosial Jajaran PWI Pringsewu Berbagi 150 Nasi Bungkus di RSUD

Kamis, 14 November 2024 - 16:36 WIB

Polres Pringsewu Akan Tindak Tegas Politik Uang dan Politik Identitas

Kamis, 14 November 2024 - 16:31 WIB

Pekon Panggungrejo Ikuti Penilaian Kampung Pancasila Tingkat Nasional

Rabu, 13 November 2024 - 18:22 WIB

Polres Pringsewu Amankan Kampanye Pilkada 2024

Berita Terbaru

Penjabat bupati Lampung Barat, Nukman memimpin rakor DESK Pilkada di aula Pesagi, Kamis (21/11).

Lampung Barat

Jelang Pilkada, Nukman Pimpin Rakor DESK

Kamis, 21 Nov 2024 - 17:11 WIB

Tanggamus

Direktur PT FBA Seret 2 Tersangka Baru Kasus Korupsi

Kamis, 21 Nov 2024 - 16:47 WIB

Bandarlampung

Teguh Endaryanto Nakhodai PERHEPI Bandar Lampung

Kamis, 21 Nov 2024 - 16:45 WIB

Tanggamus

Kejari Tanggamus Musnahkan Barang Bukti yang Telah Inkracht

Kamis, 21 Nov 2024 - 15:41 WIB