Lampung Timur (Netizenku.com): Ketersediaan tetes tebu sebagai bahan baku yang cukup banyak di Lampung merupakan peluang pengembangan Unit Distilasi Etanol. Oleh sebab itu, PT. Molindo Raya Industrial (MRI) melakukan pembangunan Unit Distilasi Etanol PT. Molindo Raya Industrial Lampung Plant dengan kapasitas 50 juta liter/tahun dan nilai investasi sebesar Rp500 Miliar.
Keseriusan dalam hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan peletakan batu pertama penanda awal pembangunan unit distilasi etanol PT Molindo Raya Industrial Lampung Plant, yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami KM 35, Desa Gunung Agung, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur, Rabu (25/7).
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Achmad Sigit Dwiwahjono, yang ikut hadir dan meresmikan prosesi peletakan batu pertama penanda awal pembangunan berharap, pada tahun-tahun yang akan datang, MRI dapat terus berupaya melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan daya saing dalam rangka meraih pasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
\”Pemerintah mengapresiasi dan menyambut hangat prosesi peletakan batu pertama penanda awal pembangunan Unit Distilasi Etanol PT. Molindo Raya Industrial Lampung Plant sebagai salah satu upaya untuk mendukung program pemerintah untuk mengembangkan industri nasional,\” ungkapnya.
Perlu diketahui, Molindo Raya Industial (MRI) adalah pabrik Etanol dengan market share terbesar di Indonesia. MRI telah memproduksi etanol dan spiritus sejak 1965 dengan kapasitas produksi food grade etanol sebesar 80.000 KL per tahun.
Dengan kapasitas produksi sebesar ini, MRI menjadi produsen etanol terbesar di Indonesia dengan kualitas food grade. Molindo memproduksi food grade etanol dengan tingkat kemurnian tinggi hingga bisa mencapai 99,9 persen melalui PT Molindo Raya Industrial yang berlokasi di Desa Sumberwaras Malang.
Produksi etanol Molindo dengan kualitas Prima dan Super serta Extra Super telah banyak dipakai oleh banyak perusahaan besar yang memproduksi rokok, farmasi dan obat-obatan, alat-alat kedokteran, kosmetik juga minuman beralkohol serta perusahaan percetakan. Produk ini diberi merk Molindo Etanol. Gas CO2 sebagai produk kedua yang dihasilkan dari hasil proses fermentasi diproses oleh anak perusahaan Molindo yang bernama PT Molindo Inti Gas yang juga berlokasi di Desa Sumberwaras Malang.
Produk ini dijual dengan bentuk Liquid CO2 dan juga Dry CO2 dan dipasarkan dengan brand Molindo CO2. Produk samping Molindo yang berupa limbah proses fermentasi dan destilasi juga telah diolah menjadi pupuk organik dan pupuk kalium dengan merk Molindo Fertilizer. Produk pupuk kalium ini bahkan telah di expor ke New Zealand sebagai produk andalan dari Indonesia. Molindo bekerjasama dengan PT Petrokimia Gresik untuk penyaluran pupuk organik olahan Molindo kepada para petani tebu sebagai wujud CSR perusahaan untuk mendukung proses tanam tebu nasional.
Sementara itu, Komisaris MRI, Sandojo Rustanyo memaparkan, PT. Molindo Raya Industrial adalah produsen etanol yang telah beroperasi sejak tahun 1965 dan telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia, melalui penyerapan tenaga kerja dan peroleh devisa. Saat ini MRI merupakan produsen etanol terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 80 juta liter/tahun. 65 persen produk MRI dipasarkan di dalam negeri dan sisanya 35 persen diekspor sehingga MRI memimpin pasar etanol di dalam negeri.
\”Produksi etanol MRI digunakan oleh perusahaan yang memproduksi rokok, farmasi dan obat-obatan, alat-alat kedokteran, kosmetika juga minuman beralkohol serta perusahaan percetakan. MRI Lampung Plant selain akan menggunakan bahan baku tetes tebu, nantinya juga akan menggunakan jagung sebagai bahan baku alternatif. Saat ini tidak ada pabrik etanol dengan bahan baku jagung di kawasan Asia Pasifik sehingga nantinya MRI akan menjadi produsen satu-satunya di kawasan Asia Pasifik yang memproduksi etanol dengan bahan baku jagung. Hal ini tentunya akan menambah daya saing MRI di pasar regional sekaligus mendukung program ekspor dari Indonesia.,” paparnya.
Senada, Direktur Utama MRI, Arief Goenadibrata mengatakan, di Lampung nantinya juga akan menggunakan olahan jagung sebagai bahan baku alternatif mengingat ketidak-tersediaannya pabrik etanol berbasiskan jagung di pasar regional Asia Pacific.
\”MRI nantinya menjadi produsen satu-satunya di Asia Pacific yang memproduksi etanol berbasiskan jagung yang tentunya akan menambah daya saing MRI di pasar regional sekaligus mendukung program ekspor dari Indonesia,\” tukasnya. (Aby)