Bandarlampung (Netizenku.com): Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, kini mulai memasuki usia dewasa dan memasuki ranah politik. Generasi ini dikenal sebagai generasi yang paling terkoneksi dengan internet dan teknologi, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.
Generasi Z merupakan generasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah mencapai 70 juta jiwa. Jumlah ini memberikan mereka potensi kekuatan politik yang besar.
Apalagi secara alami Mereka memiliki bekal keterampilan mumpuni dan terbiasa menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dan berorganisasi. Hal ini memudahkan mereka untuk menyebarkan informasi dan menggalang dukungan untuk tujuan politik.
Mereka juga dikenal sebagai generasi yang peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah dan berani menyuarakan pendapat mereka.
Selain itu, semangat aktivisme yang tinggi dan tidak ragu untuk turun ke jalan untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini turut menjadi ciri khas generasi Z.
Diantara Kelebihan Itu, Generasi Z Memiliki Tantangan Politik
1. Kurangnya Pengalaman: Generasi Z masih tergolong muda dan belum memiliki banyak pengalaman dalam politik praktis. Hal ini dapat membuat mereka mudah dimanipulasi oleh politisi yang lebih berpengalaman.
2. Pragmatisme Politik: Di sisi lain, pragmatisme politik juga dapat menjadi tantangan bagi Generasi Z. Ada kecenderungan untuk mendukung politisi atau partai politik berdasarkan keuntungan pribadi daripada ideologi atau platform politik.
3. Apatisme Politik: Meskipun memiliki potensi besar, Generasi Z juga rentan terhadap apatisme politik. Ketidakpercayaan terhadap politisi dan partai politik dapat membuat mereka enggan untuk terlibat dalam politik.
4. Polarisasi Politik: Generasi Z dihadapkan pada polarisasi politik yang semakin tajam. Hal ini dapat membuat mereka terjebak dalam echo chamber dan sulit untuk berdialog dengan orang-orang yang memiliki pandangan politik berbeda
Lantas bagaimana Generasi Z menentukan pilihannya di Pilpres 2024?
Menilik pada kontestasi Pilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang masih hangat dibicarakan. Generasi Z menjadi serbuan bacapres untuk meraup suara mereka.
Berbagai strategi ala-ala Gen Z dipakai masing-masing pasangan capres-cawapres supaya dapat menggaet suara Mereka.
Bacalon nomor urut 01 nampaknya memahami ikhwal semangat menggebu-gebu Gen Z terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.
Gaya kampanye bertajuk desak Anis dan selepet Imin menjadi pilihan Mereka untuk dapat digandrungi Generasi Z. Live sosial media Tiktok pun tak lepas Anis garap, mengingat Generasi Z berkumpul di platform Tiktok.
Bacalon nomor urut 2 tidak ingin ketinggalan. Mereka sangat berambisi menggaet suara Generasi Z, tren Prabowo gemoy dikumandangkan. Joget-joget ala gemoy dengan backsound tren menjadi pilihan untuk menguatkan ketertarikan generasi Z. Bahkan Bacawapres 02 Gibran melakukan permainan gim mobile legends secara langsung di Tiktok untuk menandakan bahwa Mereka paling nyambung dengan Generasi Z.
Sementara bacalon nomor urut 3, meniru jejak 01 dan 02. Seorang profesor yang biasanya kaku mendadak menggunakan bahasa anak muda. tidak bisa gitu, rugi dong, hingga bahasa tabrak wir berkali-kali diucapkan untuk menancapkan dibenak Generasi Z bahwa mereka sangat adaptif dengan perkembangan tren.
Ganjar bacpares 03 tak ketinggalan, acap kali disela-sela kampanye langsungnya. Ia melakukan live tiktok untuk menyapa suara Generasi Z.
Wajar suara Generasi Z diperebutkan, merujuk data Komisi Pemilihan Umum (KPU), Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah kurang lebih 55 hingga 60 persen diantaranya merupakan pemilih muda atau sekitar 106.358.447 jiwa.
Namun pada kenyataannya hasil Quick Count Pilpres 2024 dari berbagai lembaga survei dimenangkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dengan presentase 50 persen keatas.
Barang pasti unggulnya pasangan nomor urut 02 itu tak lepas dari suara Generasi Z. Prabowo Subianto pun pada pesta kemenangannya berkali-kali mengucap terimakasih terhadap Generasi Muda (Gen Z).
Menjadi bukti bahwa generasi Z terpikat dengan gaya kampanye tren gemoy Prabowo. Sebagian bisa jadi terpilih atas idealisme dan pragmatisme yang ditawarkan. (Kurniawan S. Sos).