Lampung (Netizenku.com): Para petani gula yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) kesal dan kecewa, karena pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih mengimpor gula.
Sebagai bentuk kekesalan dan kekecewaan itu, mereka melakukan unjuk rasa di Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Bahkan, para petani melakukan aksi bagi-bagi gula secara gratis kepada warga yang melintas.
Tahun lalu, petani tebu melakukan aksi menebar gula rafinasi, saat unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Aksi itu bentuk ungkapan kekecewaan terhadap sikap pemerintah yang masih membiarkan gula impor merembes di pasaran.
Menurut salah satu petani, Dwi jumlah gula yang dibagikan mencapai 400 kilogram (kg).
Menurutnya, gula tersebut dibagikan di depan Istana Negara kepada pejalan kaki, pengendara mobil dan motor.
\”Jam 10-an tadi kita bagi-bagi gula, jumlahnya ada 400 kg ke pejalan kaki, pengendara motor dan mobil,\” ujar Dwi.
Diungkapkan, alasan pembagian gula tersebut dilakukan sebagai aspirasi kekesalan dan kekecewaan. Pasalnya, saat ini gula petani tidak laku di pasaran.
\”Ini aspirasi petani karena gula ini tidak laku,\” jelas Dwi.
Sebagai informasi, saat ini pasokan gula dalam negeri berlimpah. Hal ini dikarenakan izin impor yang terus keluar.
Rugi Rp 2 Triliun
APTRI mengaku rugi hingga Rp 2 triliun karena gulanya tidak laku di pasaran.
Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan, pihaknya ingin pemerintah untuk menghentikan impor gula, baik rafinasi maupun konsumsi.
Pasalnya saat ini stok gula dalam negeri telah berlebih. Imbasnya, gula petani dalam negeri tidak laku di pasaran dan membuat kerugian mencapai Rp 2 triliun.
Angka tersebut didapat dari kerugian biaya produksi sebesar Rp 10.600 hingga Rp 11.000 per kilogram (kg).
Sedangkan harga beli ganya Rp 9.700 per kg dengan begitu ada selisih harga mencapai Rp 2.000 per kg.
\”Kerugian kami untuk tahun 2018 sebesar Rp 2 triliun. Itu dengan perhitungan kerugian petani itu Rp 2.000 per kg dikali 1 juta ton gula petani yang tidak laku,\” ungkap Soemitro di Monas.
Dia menjelaskan, saat ini pasokan gula yang berlebih ada sebanyak 2,4 juta ton.
Angka itu terdiri dari sisa stok 2017 sebanyak 1 juta ton, rembesan gula 2018 sebanyak 800 ribu ton, produksi gula konsumsi 2018 2,1 juta ton, impor gula konsumsi tahun 2018 sebanyak 1,2 juta ton.
Sehingga total stok gula sebanyak 5,1 juta ton. Sedangkan kebutuhan gula konsumsi hanya sebesar 2,7 juta ton. (dtc/lan)