Bandarlampung (Netizenku.com): Sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Provinsi Lampung, Teluk Kiluan yang berlokasi di Kelumbayan, Tanggamus, saat ini mengalami kondisi kerusakan sebagaian terumbu karangnya.
Kerusakan tersebut merupakan dampak dari aktivitas manusia seperti penangkapan ikan dengan menggunakan bom.
Sebagai upaya merehabilitasi kondisi terumbu karang di Teluk Kiluan, dosen dan mahasiswa Program Studi Sains Lingkungan dan Kelautan (SLL) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melakukan transplantasi terumbu karang di daerah tersebut.
Kegiatan yang menjadi bagian dari pengabdian kepada masyarakat (PKM) diharapkan dapat memulihkan kondisi terumbu karang Teluk Kiluan.
Kegiatan transplantasi terumbu karang Teluk Kiluan dimotori oleh Dosen Prodi SLL ITERA, Adib Mustofa.
Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak November 2021. Hingga saat ini, monitoring dari kegiatan transplantasi masih terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Dalam pers rilis ITERA yang diterima Netizenku, Kamis (10/3), Adib menjelaskan kegiatan ini dilatarbelakangi banyaknya terumbu karang di Pulau Kelapa, Teluk Kiluan yang rusak dan perlu untuk ditransplantasi.
Meskipun selama ini atraksi utama yang menarik wisatawan di Teluk Kiluan adalah lumba-lumba, namun dengan adanya kegiatan transplatasi terumbu karang, diharapkan dapat menambah interaksi wisata tambahan berupa taman bawah laut.
“Setelah kami survey, kondisi terumbu karang di Pulau Kelapa Teluk Kiluan banyak yang patah. Kemungkinan akibat aktivitas manusia seperti pengeboman yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang,” ujar Adib.
Metode yang digunakan dalam transplantasi terumbu karang di lokasi tersebut adalah metode web spider atau jaring laba-laba. Metode ini dipilih karena setelah dilakukan survey dianggap lebih efektif dari pada metode lainnya.
Lebih lanjut, Adib menjelaskan kegiatan rehabilitasi terumbu karang di bantu oleh beberapa mitra kerjasama seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Penggawa.
Komunitas ini memiliki peran merehabilitasi dan mendukung kawasan konservasi Teluk Kiluan dan wilayah sekitarnya.
Dalam kegiatan yang melibatkan mahasiswa, Adib mengatakan pada saat kegiatan transplatasi tidak ada kendala berarti selain kondisi cuaca yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air laut, dan arus ketika hujan.
Adib menjelaskan sejak dilaksanakan November lalu, kegiatan monitoring hasil transplantasi terumbu karang terus dilakukan. Salah satu mitra kerjasama yaitu Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Teluk Kiluan rutin memberikan laporan kepada dirinya setiap bulan.
“Ada anggota Pokmaswas yang rutin memberikan kabar terkait kondisi hasil transplantasi yang telah dilakukan. Hasilnya juga dilaporkan terumbu karang tumbuh dengan baik,” ungkap Adib.
Melalui kegiatan ini Adib berharap, ke depan, masyarakat terutama generasi muda di kawasan wisata laut dapat lebih peduli terhadap kelestarian terumbu karang.
Lebih lanjut, Adib juga berencana melibatkan komunitas anak muda peduli laut, seperti Sahabat Nemo yang berfokus pada konservasi bawah laut untuk turut terlibat dalam melakukan konservasi laut di Lampung, dan Sumatera. (Josua)