Bila Yusak selaku pengunjung memiliki kekhawatiran tersendiri, maka Bagio (64) warga setempat, juga memiliki kerisauan terhadap keberadaan \’gank kera\’ yang jumlahnya mencapai ratusan di sekitar tempat tinggalnya itu. \”Walau kelakuannya nakal, warga di sini nggak pernah berpikir untuk menyakiti atau mengusir pergi kera-kera itu,\” ungkapnya.
Padahal, sambung dia, bila kawanan kera itu sedang lapar mereka tak segan-segan merangsek ke rumah-rumah warga. \”Kalau sedang satroni rumah-rumah kami, mereka selalu datang berkelompok. Satu kelompok bisa sampai 30-an kera. Mereka biasanya sampai kepung rumah warga. Malah ada yang sampai naik ke atap dan kalau nggak dapat makanan, bisa rusak atap rumahnya diacak-acak. Begitu juga dengan tanaman punya warga, jadi sasaran dirusak mereka,\” cerita Bagio, saat disambangi di kediamannya yang berjarak paling dekat dengan himpunan pepohonan yang menjadi sarang kera.
Tapi anehnya, imbuh dia, walau sering dijahili oleh kera-kera itu, warga sekitar tak pernah berniat membalas. \”Malah pernah ada orang-orang dari luar yang bawa senapan mau nembakin kera-kera. Kami warga di sini marah dan mengusir mereka. Kami sayang sama kera-kera itu,\” kata Bagio.
Tentang kera-kera yang sering \’turun gunung\’ itu, menurut Bagio biasanya karena pasokan makanan alamiah mereka sudah habis, seperti buah-buahan atau biji-bijian. \”Pohon buah-buahan hampir sudah tidak ada lagi di dekat sarangnya, ditambah lagi kalau sepi pengunjung yang kasih makan mereka,\” tandasnya.
Cerita pengalaman bertetangga dengan kera juga dialami Sam\’ah. Bahkan perempuan 49 tahun ini, memiliki traumatik tersendiri terhadap kera. \”Saya pernah dikejar-kejar sama gerombolan momyet itu. Untung bisa selamat karena cepat masuk rumah. Akhirnya sampai sekarang kalau abis dari luar terus mau pulang tapi ketemu sama monyet di jalan, saya mending mundur cari jalan lain,\” kisahnya.
Diceritakan Sam\’ah, agaknya kemarahan kawanan kera kepada dirinya karena disulut dendam. \”Saya kan buka warung di rumah. Nah, kalau ada monyet datang masuk warung mau ambil makanan, saya suka usir. Karena sering saya usir akhirnya mereka ciren sekaligus dendam sama saya. Makanya waktu saya ketemu mereka, semuanya mendadak pada ngejar mau jambak rambut saya. Monyet-monyet itu memang suka petantang-petenteng kalau lihat saya,\” timpalnya seraya tersenyum.
Meski sudah sering dibuat repot oleh kera-kera itu, namun senada dengan Bagio, Sam\’ah pun tidak menginginkan kera-kera itu dievakuasi ke tempat lain, misalnya. Karena ternyata binatang yang demen berkelompok itu, sudah dianggap sebagai bagian dari warga setempat. \”Nggak apa tetap disitu. Tapi coba pemerintah bantu-bantu pelihara. Bantu kasih makan biar monyetnya nggak ngacak-acak rumah warga,\” harapnya.
Menurut dia, dulu pemerintah sempat berniat mau kelola tempat ini. \”Tapi entah kenapa sudah bangun pos jaga segala, sekarang malah berhenti. Bangunannya jadi terbengkalai. Mungkin orang-orang dinas itu nggak tahan ngandepin kelakuan monyet-monyet di sini,\” kata Sam\’ah berkelakar. (Agis)