Seperti pagi ini saat Netizenku.com menyambangi hutan kera yang rimbun oleh pepohonan di salah satu sudutnya. Tampak beberapa pengunjung datang sambil menenteng makanan di kantong plastik. Mungkin mereka berencana akan melihat-lihat perilaku kera di alam bebas seraya menikmati cemilan yang dibawa.
Hanya saja agaknya anak-anak muda itu tak memahami \’prinsip\’yang berlaku di tempat itu, bahwa \’tuan rumah\’ mesti diprioritaskan. Siapa yang abai, akan menerima ganjaran setimpal, barang bawaannya bakal kena rampas. Benar saja, dalam sekejap saja, cemilan bawaan mereka telah berpindah tangan ke salah satu kera yang tiba-tiba melompat dari sebuah dahan pohon dan memburu sasarannya.
Detik berikutnya makanan dalam kantong plastik itu sudah menjadi bancakan kawanan kera yang lahap mengunyah tanpa memikirkan perasaan si pengunjung yang sudah kehilangan bekalnya dan sekarang harus mengatur napasnya yang tersengal-sengal, lantaran jantungnya sempat berdegup kencang akibat terkejut oleh tingkah agresif si tuan rumah.
Binatang \’bandel\’ ini memang dikenal dengan sebutan kera, namun tidak sedikit pula yang menyebutnya monyet. Menurut sebuah jurnal konservasi, sebutan kera mengacu pada salah satu jenis primata yang memiliki bentuk tubuh seperti manusia, seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu kecuali bagian muka. Kera juga memiliki otak yang relatif lebih cerdas dibanding hewan lain.
Biasanya kera tidak memiliki ekor yang tampak, karena ekornya pendek nyaris menyerupai tonjolan saja. Kera bisa berdiri tegak dan berjalan dengan kedua kakinya. Sedangkan kedua tangannya lebih panjang dari kakinya. Dalam bahasa Inggris kera disebut ape.
Sedangkan monyet merupakan primata seperti kera, tetapi memiliki tangan yang lebih pendek dari kakinya dan berjalan dengan empat kaki. Biasanya memiliki ekor panjang. Volume otak monyet relatif lebih kecil dibanding kera, begitu juga dengan tingkat kecerdasannya. Dalam bahasa Inggris monyet disebut monkey
Tapi agaknya pengunjung tidak peduli dengan pembagian definisi penyebutan secara ilmiah tersebut, bagi mereka sebutan monyet atau kera tidak lebih menarik dari perilaku binatang itu sendiri. Jadi monyet atau kera biasa dianggap sama saja.
Namun di hutan kera atau hutan monyet ini, tidak semua pengunjung merasa kecolongan, sebab ada juga pengunjung yang secara sengaja membawa makanan memang diperuntukkan sebagai buah tangan bagi \’tuan rumah\’.
Yusak, contohnya. Lelaki yang berdomisili di Telukbetung Barat ini, mengaku acapkali berkunjung ke hutan kera bukan hanya sekadar untuk melihat perilaku para penghuninya, melainkan juga untuk berbagi rezeki dengan kera-kera di sana.
\”Sudah sejak lama saya ke sini. Malah semenjak masih sekolah sudah sering ke sini. Dulu kan kami dari sekolah kalau renang ya ke kolam renang Tirtosari ini, tapi sekarang sudah tutup. Lokasi kolamnya dulu di situ, dekat banget dari sini,\” ucapnya sambil menunjuk lokasi bekas kolam renang Tirtosari, saat diwawancarai Netizenku.com, Minggu (25/3).
Diakui Yusak, rutinitas ke hutan kera itu, masih terus berlangsung sampai sekarang. Biasanya dilakukan saban bulan. Sudah menjadi kebiasaannya setiap kali berkunjung ia selalu membawakan makanan buat para \’sahabatnya\’ itu, berupa pisang dan pepaya.
Yusak bercerita, kalau diamati populasi kera di sini terus bertambah, meski dia tidak mengetahui berapa jumlah persisnya. \”Tapi di sisi lain bangunan rumah warga seiring waktu juga makin mendekati pohon-pohon yang jadi sarang monyet. Saya nggak tahu apa yang terjadi kalau jarak rumah dan sarang monyetnya semakin berdekatan,\” risaunya yang lebih memilih memakai sebutan monyet ketimbang kera.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya