Liwa (Netizenku.com): Ajang adu nyali bagi para rider pada Private Enduro Two Day yang digelar komunitas Trail Jajaran Gudang (Trajang) Lampung Barat, yang digelar dua hari, Sabtu-Minggu (27-28/11), meninggalkan cerita unik dan lucu.
Selain berbagai cerita yang berhasil diabadikan melalui video baik oleh para peserta maupun panitia, apa yang dilakukan panitia juga menggelitik dan membuat kaget para peserta.
Salah satu yang menjadi bahan tertawaan, satu hari pasca pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni video yang menggambarkan 17 rider dari komunitas Sat Palembang. Dengan bergaya pejuang kemerdekaan 1945 Bobi, Koordinator Rombongan tersebut menggunakan mahkota berbahan daun, menceritakan bagaimana mereka pada momen meninggalkan motor.
“Kami sudah kelelahan, ternyata jalur enduro yang disiapkan panitia betul-betul membutuhkan ketangguhan fisik dan motor, serta skill yang mumpuni, maka di tengah persaingan, tepatnya di jalur “lembah sahdu” kami sudah tidak sanggup, dan memutuskan motor ditinggalkan saja,” kata dia.
Maka jelas Bobi, dia bersama 16 rekan lainnya berjalan kaki menuju chek point I, dengan jarak satu kilometer lebih dan ditempuh hampir satu jam, guna meminta evakuasi dengan panitia, menuju titik finish pertama di KWT Lumbok Seminung.
“Kami pasrah, sudah tidak sanggup lagi untuk menggunakan motor, maka kami dievakuasi menggunakan kendaraan roda empat jenis pickup. Sementara motor yang kami tinggalkan, dievakuasi juga oleh panitia,” kata dia.
Cerita unik juga disampaikan salah satu rider yang juga dari Sat Palembang. Ditanya kenapa dia tidak jadi ikut ngejalur, ternyata alasannya di luar dugaan.
“Pada saat penjelasan jalur oleh panitia saat wellcome drink, dan mengetahui ketua panitia patah kaki karena cek jalur, saya langsung down, sehingga memutuskan saya mendingan tetap di hotel,” kata dia.
Sementara Cak Jangkung, salah satu rider senior di Lampung, mengatakan dirinya mendapat guyonan dari peserta, bahwa jalur Trajang bukan mematikan tapi membunuh. Namun, menurut Papah Roni, rider asal Pesawaran, menjelaskan, walaupun jalur sangat berat, tetapi panitia betul-betul memperhatikan tentang keselamatan.
“Jalur ini memang hebat, sudah layak untuk mengadakan even nasional yang lebih besar lagi, karena walaupun berat, sehingga banyak rider yang lempar handuk, tetapi panitia betul-betul sigap, di lokasi yang dinilai rawan, dijaga oleh rider-rider handal tuan rumah,” kata dia.
Tetapi rasa lelah pada rider, ketika tiba di finish etape ke II di KRL, semua terlihat gembira, karena panitia selain menyiapkan doorprize utama berupa satu unit sepeda motor, juga terdapat dua doorprize kejutan, berupa KTM dan Husqy.
Saat pengundian, ratusan rider berkumpul di depan panggung utama, dan berharap akan mendapatkan hadiah kejutan yang dipersembahkan Kapolres dan Dandim tersebut. Ternyata setelah diundi yang dapat dua orang rider asal Sumatera Selatan.
Dengan raut muka bahagia, keduanya naik panggung untuk menerima hadiah, yang disembunyikan oleh panitia. Ternyata hadiah yang diserahkan Dandim Letkol Czi Benni Setiawan, bukan berupa motor KTM dan Husqy, tetapi dua ekor kambing yang dilehernya tergantung tulisan Husqy dan KTM, melihat tersebut semua tertawa lebar, dan kaget setelah menyaksikan hadiah kejutan sebenarnya. (Iwan/len)