Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Sesosok makhluk bernama \”Bunian\” lahir di Kota Budaya Uluan Nughik (rumah adat, baduy) di Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang Barat.
Mahluk tersebut yang akan menjaga pepohonan, menjaga sumber-sumber air, dan kelestarian alam.
\”Lahirnya makhluk ini kita sepakati bernama Bunian, yang akan menjaga kelestarian alam, dan tutur-tutur ini akan menjadi skema pembelajaran di sekolah-sekolah dasar dan menengah di Tubaba,\” kata Bupati Tulang Bawang Barat (Tubaba) Umar Ahmad, SP pada pembukaan kegiatan Sharing Time: Megalithic Millennium Art di Taman Budaya Kota Ulluan Nughik, Rabu (22/1) sekitar pukul 09.00 Wib.
Kegiatan tersebut dihadiri penggiat seni dan budawayan dari 7 negara, budayawan nasional, Wakil Bupati Fauzi Hasan, Sekdakab Tubaba Herwan Sahri, mantan Wagub Lampung Bachtiar Basri, Kapolres Tubaba AKBP. Hadi Saepul Rahman, Budayawan Lampung Ansyori Djausal, Forkopimda, Ketua TP-PKK Kornelia Umar, pejabat eselon, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pelajar dan masyarakat sekitar.
Kenapa lahirnya Bunian tanya bupati, karena dalam konsep-konsep mitologi orang Lampung tidak mengenal konsep Pandawa sementara hanya mengenal konsep Kurawa. Jadi, orang Lampung mengajarkan kebaikan dengan banyak menyebut bagi orang yang melakukan keburukan dengan istilah sosok makhluk yang menggambarkan sifat-sifat buruk manusia seperti sifat rakus, sifat tamak dan lain sebagainya.
\”Maksudnya adalah ketika kita tidak mau disebut seperti itu, maka kita jangan berbuat buruk dan kita harus melakukan kebaikan. Lalu setelah orang Lampung berbuat baik apa sebutannya?, dan ternyata tidak ada. Kenapa hal itu terjadi, karena bagi orang Lampung berbuat baik kepada sesama manusia itu adalah kewajiban tidak perlu dihargai gak perlu diagung-agungkan,\” paparnya.
Tetapi dimasa sekarang, lanjut Umar Ahmad, kebaikan itu penting disebarluaskan kepada orang lain, sehingga kebaikan yang kita tanam bisa benar-benar meluas di tanah yang kita cintai.
\”Olehkarenanya Sharing Time: Megalithic Millennium Art yang digagas hasil diskusi bersama Alm. Mbah Prapto Suryodarmo yang ketika itu beliau merespon sangat cepat dan menentukan satu titik yang mesti digagas di Tubaba. Dengan kegiatan ini, kita akan memberi tanda relasi hubungan manusia dengan alam dengan tanda yang kita tempatkan di Lassengok yakni tempat bersifat megalitikum dan akan menjadi kenangan untuk masa-masa yang akan datang,\” paparnya.
Umar menambahkan, hal ini merupakan sebuah konsep mitologi masyarakat Nughik untuk menjaga kelestarian alam, menjaga pepohonan, menjaga sumber-sumber air, menjaga bantaran sungai dan lainnya yang intinya adalah bagaimana menjaga relasi hubungan antara manusia dengan alam untuk sebuah kelestarian alam semesta.
Sementara, dalam kesempatan itu juga Umar menjelaskan tentang Kota Uluan Nughik, menurut Umar, Uluan berarti \”atas\” dan Nughik berarti \”kehidupan\” yakni kota yang menjadi awal kehidupan dan menjadi kota yang berbasis ekologi.
\”Kepala seluruh warga masyarakat Tubaba mohon dukungannya, do\’anya agar kiranya Sharing Time ini bisa benar-benar menghasilkan buah pemikiran yang berguna khususnya bagi Tubaba, dan bagi alam semesta yang kita cintai ini,\” pungkasnya.(Arie)