Bandarlampung (Netizenku.com): Gubernur Provinsi Lampung, Arinal Djunaidi, menekankan bahwa kegiatan Pekan Raya Lampung (PRL) tidak boleh hanya mementingkan unsur komersialisasi semata.
Ia menyatakan bahwa meskipun PRL telah menjadi agenda tahunan yang melibatkan kerjasama antara Pemprov Lampung dan pihak swasta serta mengandung unsur komersialisasi, namun aspek komersialisasi tersebut tidak boleh menghalangi masyarakat untuk menikmati acara tersebut.
“Komersialisasi tetap berjalan, tapi untuk jalan pintu masuk kalau masyarakatnya punya kemampuan terbatas mohon disesuaikan,” ujarnya ketika memberikan sambutan di PRL kemarin, Rabu (22/5).
Lebih lanjut, Arinal mengingatkan bahwa PRL bukan sekadar ritual tahunan tanpa makna. PRL, menurutnya, harus menjadi sarana hiburan bagi rakyat Lampung dan ajang untuk menyampaikan informasi terkait pembangunan di Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai.
“Ini bukan sekadar ritual tahunan. PRL harus menyampaikan informasi tentang pembangunan, teknologi informasi, perdagangan, dan sejauh mana kabupaten/kota dapat menumbuhkan karya pembangunan,” harapnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemprov Lampung menggandeng pihak swasta dalam mewujudkan PRL yang bermakna dan sesuai dengan harapan masyarakat. Arinal menekankan pentingnya mengakomodir kepentingan rakyat dalam PRL agar dapat menjadi media komunikasi yang efektif mengenai berbagai hal di Lampung.
“PRL kalau ada kepentingan rakyat, tolong diakomodir agar PRL jadi media komunikasi yang efektif tentang berbagai hal di Lampung,” tutupnya.
Namun siapa nyana, PRL 2024 yang kini dipegang Event organizer (EO) PT Grand Modern Indonesia nyatanya menyajikan harga tiket yang tidak ramah terhadap kantong warga Lampung. Tidak sesuai dengan yang diinginkan Gubernur Arinal.
Warga Lampung pun mengungkapkan kekecewaannya. Aris, Warga Bandarlampung, mengatakan bahwa harga tiket di PRL 2024 lebih mahal ketimbang ajang PRL tahun sebelumnya. Penuh unsur komersialisasi.
“Ini lebih mahal kebanyakan harga tiket masuknya 50 ribu, paling murah ketika pembukaannya saja. Itu belum dengan parkir,” protesnya, Kamis (23/5).
Senada, Isma, warga Bandarlampung dari Kecamatan Sukarame, menyampaikan keluhan serupa.
Menurutnya, PRL kini lebih mirip ajang mencari keuntungan dari pada pesta rakyat.
“Akses masuk saja sudah mahal, itu untuk satu orang. Bagaimana yang satu keluarga? Belum lagi di dalam jajanannya mahal-mahal, semua serba uang,” keluhnya. (Luki)