Tulangbawang Barat (Netizenku): Bupati Tulangbawang Barat (Tubaba) H.Umar Ahmad, SP menyampaikan pidato kebudayaan Pra Launching \”The Djausal Center\” di Taman Kupu-kupu Gita Persada Tahura, Wan Abdurrahman Kemiling, Bandar Lampung, Senin, (20/1).
Dalam kegiatan bertajuk \”Recako Budaya \” tersebut, Bupati Tubaba diharapkan Ansori Djausal selaku Ketua The Djausal Center untuk memaparkan pemikiran dan konsep yang selama ini dijalankannya dalam membangun Bumi Ragem Sai Mangi Wawai Kabupaten Tubaba yang ia pimpin bersama wakil bupati Fauzi Hasan, SE.MM.
Ketua “The Djausal Center” Anshori Djausal mengundang Umar Ahmad menjabat Bupati Tubaba itu dikenal memiliki konsep pembangunan yang bernuansa kebudayaan. Bahkan, Umar Ahmad telah ditetapkan sebagai penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat yang akan diberikan pada puncak Hari Pers Nasional 2020, bulan Februari mendatang di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Saat menghadiri lounching “The Djausal Center” Umar Ahmad didampingi beberapa pejabat di lingkungan Pemkab Tubaba, di antaranya Kadis Pertanian Syamsul Komar, Kepala Bappeda Nopriwan Jaya, Kadis Kominfo Eri Budi Santoso, Kadis Peternakan Nazaruddin, Kadis Lingkungan Hidup Amrullah, Kadis Pemuda dan Olahraga Gustami, serta Kadis Perikanan Syakib Arsalan.
Dalam pidato pra lounching The Djausal Center Bupati Tubaba berpidato mengenai topik \”Pulang ke Masa Depan yang Bahagia\”.
\”Apa yang kami lakukan saat ini di Tubaba sebagai upaya pulang ke masa depan. Mungkin itu terdengar tidak lazim, tetapi karena ketidaklaziman itulah saya berada di sini, menyampaikan lagi apa yang terdengar tidak lazim,\” kata bupati.
Pertama, kata Umar, memang bagi kami Tubaba adalah masa depan. Tentu saja Tubaba mempunyai masa lalu, sebuah situasi yang dijaga oleh para pendahulu kami dengan kearifan mereka—kearifan yang diperlukan pada zamannya. Masa itu sudah berlalu, namun apa yang melekat di dalam kepribadian kami, di dalam cara kami bersikap, di dalam cara kami menyelesaikan masalah, atau cara kami berpikir, sebagian adalah warisan dari para pendahulu kami.
Tubaba juga memiliki masa sekarang, yaitu kehidupan yang sedang kami jalani saat ini. Dan ia memiliki masa depan, sebuah tempat pulang, sebuah harmoni yang menjadi tujuan kami,\”Ia sebuah tempat yang nyata di dalam kesadaran kami, sama nyatanya dengan surga yang diimani oleh kebanyakan dari kita. Jadi, bagi kami, perjalanan menuju Tubaba adalah perjalanan pulang ke masa depan. Apa yang kami lakukan hari ini akan menjadi tidak berarti jika kami semakin menjauh dari Tubaba\” jelasnya.
Kedua, masa depan adalah sebaik-baiknya tempat bagi kita untuk pulang, sebab kita melangkah bersama waktu, dan waktu tidak pernah berjalan ke belakang. Kita tidak mungkin bergerak ke masa depan dengan langkah mundur. Kepala kita akan pening jika kita melangkah ke depan tetapi dengan kepala selalu melihat ke belakang.
Maka, sebaik-baiknya perjalanan adalah kita melangkah ke depan dan mengarahkan pandangan kita ke depan,\”Jadi, bagi kami, solusi untuk masalah-masalah kita hari ini selalu berasal dari masa depan. Kita akan menemukan jalan terbaik dengan mengarahkan pandangan mata dan pikiran kita ke masa depan, ke tempat pulang yang kita tuju—ke Tubaba kita masing-masing,\” paparnya.
Umar mengatakan, masa sekarang menjadi penting, karena apa yang kita jalani saat ini, pola pikir dan kebiasaan kita sehari-hari, akan menentukan apakah kita nantinya tiba di Tubaba atau justru menjauhinya. Kami bertekad untuk memastikan semua individu bisa menjadi “layak Tubaba”, dan tiba di Tubaba pada akhir perjalanannya.
\”Bagi kami, di situlah pentingnya kita bermasyarakat. Kita membangun kehidupan bersama untuk menjamin tiap-tiap individu, satuan terkecil penyusun masyarakat, bisa menikmati kehidupan yang berkah sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat,\” harapnya.
Dalam pidatonya, selain memaparkan apa itu Pulang ke Masa Depan yang Bahagia, Umar Ahmad juga menyampaikan prinsip-prinsip menuju Tubaba dengan menetapkan standar tinggi mensyaratkan kami harus tekun bekerja, memiliki daya tahan, dan sekaligus ikhlas di dalam melihat hasilnya. Tiga prinsip itulah yang menjadi landasan bagi kami untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
\”Kami menyebutnya NENEMO, singkatan dari NEMEN (tekun bekerja), NEDES (tahan banting), dan NEREMO (ikhlas). Dengan tiga prinsip itu, kami melatih diri, atau mendorong semua orang melatih diri, agar selalu melakukan segala sesuatu sebaik yang bisa kami lakukan, mampu bangkit lagi ketika jatuh, dan tidak memaksakan bahwa hasilnya harus seperti yang kami inginkan,\” ulasnya.
Selain tiga prinsip tersebut, kami juga sedang melatih diri untuk tegak pada tiga prinsip lainnya, yaitu kesetaraan, kesederhanaan, dan kelestarian. Ini tiga prinsip penting yang akan menentukan apakah kami layak Tubaba atau tidak.
\”Dengan menyadari semua itulah kami sekarang ini melatih diri menuju Tubaba, pulang ke masa depan yang bahagia,\” kata Umar.
Umar pun mengajak para hadirin dan siapapun untuk datang ke Tubaba, disana akan mendapatkan kebaikan-kebaikan Tubaba,\” Tubaba sudah tidak berpintu, siapapun silahkan datang,\” pungksnya.(Arie)