Bandarlampung (Netizenku.com): Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, meminta pemerintah daerah menerapkan prinsip prioritas testing ketika mengalami keterbatasan dalam hal kapasitas testing.
“Utamakanlah kasus bergejala, dilanjutkan dengan kasus kontak erat tanpa gejala untuk ditest,” kata Prof Wiku dalam konferensi pers virtual tentang perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia, Kamis (5/8).
Masyarakat juga diminta bersikap jujur, sportif, dan berpartisipasi menjalani upaya testing dan tracing.
“Masyarakat secara proaktif melaporkan gejala atau aktifitas berisiko yang dilakukan demi kepentingan semua pihak. Jika ditangani lebih cepat maka peluang sembuh lebih besar,” ujar dia.
Prof Wiku meminta masyarakat untuk tidak takut dan ragu mengikuti testing dan tracing karena seluruh pembiayaan perawatan Covid-19 ditanggung pemerintah kecuali bagi pasien permintaan pelayanan di luar layanan primer yang disediakan.
Baca Juga: Pemkot Bandarlampung Mulai Optimalkan Testing dan Tracing
Prof Wiku berharap setelah menjalankan testing sesuai target, setiap kabupaten/kota dapat mencapai positivity rate kurang dari 10% secara menyeluruh.
Pemerintah pusat telah menetapkan angka target testing seperti tercantum dalam rincian instruksi menteri dalam negeri.
Namun pemerintah daerah diwajibkan untuk dapat menguraikan rencana testing di wilayah administratif di bawahnya secara sistematis untuk mempermudah petugas di lapangan yaitu Satgas Covid-19 tingkat Kelurahan/Desa dalam mencapai target yang ditetapkan secara efektif.
“Satgas tingkat Kelurahan/Desa adalah struktur perpanjangan tangan pemerintah yang melibatkan partisipasi aktif dari unsur masyarakat,” kata dia.
Menurut WHO, lanjut Prof Wiku, strategi testing di setiap daerah, lebih mudah diterapkan perdesa atau kelurahan menyesuaikan dengan kondisi kasus yang ada.
“Jika di daerah tidak ditemukan kasus positif, maka fokus penanganannya adalah pemantau atau surveilans kasus secara konsisten,” ujar dia.
Kemudian jika terjadi kemunculan kasus sporadik atau ditemukannya beberapa jumlah kasus yang dinamis maka lakukan testing, pelacakan kontak erat, dan perawatan lanjutan dari kasus terkonfirmasi.
“Apabila terjadi kemunculan kumpulan kasus dalam suatu klaster maka selain upaya 3T perlu adanya investigasi epidemiologis yang dilakukan sebagai upaya lanjutannya,” kata dia.
Di samping itu, lanjut Prof Wiku, jika sudah ditemukan banyak kasus yang tersebar di komunitas, maka upaya 3T harus dilakukan.
“Bukan hanya kepada kasus positif, namun juga untuk kontak erat maupun orang yang bergejala ringan maupun berat,” ujar dia. (Josua)