Bandarlampung (Netizenku.com): Era Rasionalisme, yang sering disebut sebagai zaman pencerahan pengetahuan, telah membawa perubahan besar dalam cara manusia memandang dunia. Namun, sisi gelap dari era ini adalah peningkatan kecenderungan menuju banalitas permukaan, fokus serba material, dan pengabaian terhadap aspek emosional dan fisik dalam diri manusia.
Masyarakat modern seringkali berpusat pada pikiran dan akal, sedangkan aspek lain seperti emosi dan dimensi fisik sering terlupakan. Inilah yang menjadi titik sentral dalam pementasan teater “Pilgrim ke 2” yang digagas oleh Komunitas Berkat Yakin atau Kober, dengan tema ‘bunyi tepukan satu tangan.’
Pilgrim ke 2 hadir sebagai kritik pedas terhadap manusia modern yang serba maju secara teknologi namun tampak lalai terhadap hal-hal yang kudus dan sakral dalam hidup. Melalui pementasan ini, upaya dilakukan untuk mengembalikan rasa kagum pada ‘cahaya sejati’ yang terkubur dalam kesibukan sehari-hari, serta melepaskan diri dari rutinitas permukaan yang kerap dikuasai oleh akal.
Dalam istilah yang berbeda, Pilgrim adalah sebuah perjalanan kerinduan untuk menyapa kembali ‘diri sejati’ atau ‘the true the real self.’ Lebih dari sekadar kritik, Pilgrim ke 2 yang akan dipentaskan di empat kota ini juga merupakan sebuah ajakan kepada masyarakat modern untuk kembali menyadari dan meresapi aspek ‘rasa’ dalam kehidupan mereka, bukan hanya terjebak dalam dunia rasionalitas semata.
Sebelum era Rasionalisme, banyak peradaban mengoptimalkan semua aspek manusia, termasuk yang bersifat non-material. Namun, kini, suara-suara tersebut seringkali tenggelam dalam kebisingan materialisme dan inderawi.
Salah satu kecacatan dari Rasionalisme adalah pengangkatan pikiran sebagai satu-satunya pemandu dalam pencarian kebenaran dan keindahan. Sementara itu, aspek ‘rasa’ dan dimensi fisik terus ditinggalkan.
Oleh karena itu, Pilgrim ke 2 lahir sebagai antitesis dari realitas yang cenderung materilistik. Pementasan ini mengajak masyarakat untuk meninjau kembali hubungan mereka dengan aspek ‘rasa’ dan dimensi fisik dalam hidup.
Pentas “Pilgrim ke 2” berlangsung selama dua hari di Taman Budaya Lampung pada tanggal 4-5 November 2023, dan disambut dengan antusiasme dari ratusan pecinta seni dan budaya. Salah satu penonton, Neri Juliawan, mengungkapkan bahwa pementasan ini merupakan sebuah ajakan untuk merenung dan mengenali diri, serta untuk kembali menggali pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang tujuan hidup.
Ia merujuk pada salah satu hadis yang menyatakan, “Untuk mengenali Tuhan, kenalilah dirimu sendiri.” Menurut Neri, dalam diri manusia terdapat aspek non-material yang perlu diakui.
Pentas teater seperti ini dianggap sebagai media yang baik untuk belajar, terutama bagi generasi muda. Teater dapat menjadi saluran positif untuk merenungkan aspek-aspek yang kadang terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah sukses di Lampung, Pilgrim ke 2 akan melanjutkan perjalanannya ke tiga kota lainnya. Pertunjukan selanjutnya akan digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada tanggal 20 November 2023, diikuti oleh penampilan di Medan pada tanggal 16 Desember 2023, dan di Padang Panjang pada tanggal 20 Desember 2023.
Pilgrim ke 2 disutradarai oleh Ari Pahala Hutabarat, dengan sejumlah aktor berbakat seperti Alexander Gb, Ar-Rizky Ryan Fadela, Fahrunnisa Bela Amas, Lentera Dzulqarnain, Novian Pratama, Nur Suci Romadhona, Pramudya Arya, Robby Aslam Amrouzi, Tria Nur Handayani, dan Yulizar Lubay yang membawakan karakter-karakter dalam pementasan ini. “Pilgrim ke 2” bukan hanya sekadar teater, melainkan sebuah perjalanan untuk kembali menyapa ‘rasa’ dan bukan hanya ‘rasio’ dalam diri manusia. (Luki)