Bandarlampung (Netizenku.com): Karya merupakan bentuk dari ekspresi, baik itu musik, sastra, maupun teater. Pegiat Klasika Chepry Chaeruman Hutabarat mengatakan ekspresi tersebut merupakan hasil penghayatan atas realitas
Adanya kemunduran daya kritik pada kebanyakan karya saat ini, menurut dia, akibat minimnya penghayatan. Para seniman tidak menemukan tekanan atau kondisi ketertidasan.
Menurutnya hal itu merupakan efek kapitalisme yang telah masuk ke berbagai sektor. Sehingga, lanjut Founder Klasika itu, sistem itu menghadirkan situasi seolah-olah sedang baik-baik saja.
\”Itulah yang membuat sejumlah musisi dahulu mampu menghadirkan karya yang mampu menggugah nalar kritis bagi penikmatnya,\” ungkapnya dalam Kuliah Ramadan Klasika, Selasa (4/5).
Sementara itu, Direktur Klasika Ahmad Mufid mengatakan, agenda tersebut merupakan bagian dari Kuliah Ramadan (Kurma) 2021. Kegiatan akan dilaksanakan dalam dua termin pada minggu kedua dan ketiga Ramadan.
Ia menjelaskan, buku yang baru saja terbit bulan lalu memberikan pandangan lain terhadap seni. Pada masyarakat umum, seni hanya dilihat sebatas hiburan atau tontonan.
\”Buku ini ingin menyampaikan bahwa seni tidak sebatas hiburan, namun memilih giroh pembebasan,\” ungkapnya.
Agenda tersebut berlangsung dalam dua sesi, yakni pada 25 – 26 April 2021. Sedangkan sesi kedua dilaksanakan mulai 2 – 5 Mei 2021. (Josua)