Setelah belasan tahun tak menginjakkan kaki di tanah kelahiran, bahkan sebagian hanya mengenal Pulau Pisang dari cerita nenek moyang, keluarga besar Karya Kartadilaga yang merantau di Jakarta dan Jawa Barat akhirnya pulang kampung. Selama tiga hari terakhir, mereka kembali menapak tanah leluhur.
Pesisir Barat (Netizenku.com): Rombongan ini turut didampingi Puakhi Angkon keluarga Taufiq Kiemas, Erwin Moeslimin Singajuru yang bergelar Dalom Singajuru Raja Penggalang Paksi (Raja Ranau), serta Pemapah Adat Saibatin Karya Kartadilaga, Dr (C) Oking Ganda Miharja. Sebelum menyeberang ke Pulau Pisang, mereka transit di Anjung Bang Oking.
Sebanyak 24 orang anggota keluarga Karya Kartadilaga menyeberang menggunakan tiga unit perahu melalui Pelabuhan Kuala Stabas Krui menuju Lamban Gedung Saibatin Karya Kartadilaga Marga Pulau Pisang di Pekon Sukamarga. Kedatangan mereka disambut oleh Saibatin Karya Kartadilaga, Sultan Hidayat Kartadilaga Gelar Demung Kartadilaga X, serta Wakil Bupati Pesisir Barat, Irawan Topani.
Selama berada di Pulau Pisang, rombongan yang dipimpin Taswin Yahya dan Arief Rahman tidak hanya menikmati keindahan pantai, tetapi juga dijamu dengan aneka hidangan khas daerah, seperti sayur kelor dan kue ibek.
“Alhamdulillah, kami keluarga besar diberi kesempatan pulang ke tanah leluhur, Pulau Pisang. Banyak dari kami yang sudah belasan tahun tidak pulang, bahkan ada yang baru pertama kali datang. Rasa lelah terbayar dengan kebahagiaan,” ujar salah satu anggota rombongan, Minggu (15/6/2025).
Sayangnya, menurut pensiunan pegawai ASDP tersebut, akses transportasi menuju Pulau Pisang masih sama seperti saat dirinya merantau pada tahun 1971, yakni menyeberang menggunakan perahu jukung dari Pulau Pisang ke Pelabuhan Kuala Stabas.
“Minimnya fasilitas transportasi menjadi hambatan utama pengembangan Pulau Pisang sebagai daerah tujuan wisata. Saya sudah sampaikan langsung kepada Wakil Bupati agar membuat proposal pembangunan dermaga dan penyediaan kapal feri kepada Kementerian Perhubungan dan Bappenas,” ujarnya.
Ia menambahkan, terbatasnya akses penyeberangan menjadi alasan utama warga perantauan, khususnya yang sudah lanjut usia, enggan pulang kampung. Padahal, Pulau Pisang memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata yang dapat mendongkrak devisa daerah.
“Keluhan utama kami adalah soal transportasi. Jika penyeberangan yang aman sudah tersedia, saya yakin anak-cucu akan lebih sering pulang ke pekon,” pungkasnya. (Iwan)