Bandarlampung (Netizenku.com): Pemerintah telah mengeluarkan aturan terbaru selama libur Natal dan Tahun Baru. Sesuai Instruksi Mendagri Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru 2022.
Kebijakan ini berlaku mulai 24 Desember 2021-2 Januari 2022. Pemerintah akan melakukan pengawasan ketat protokol kesehatan di tempat ibadah saat perayaan Natal, pusat perbelanjaan, dan wisata lokal.
Dalam Instruksi Mendagri Nomor 66 Tahun 2021 disebutkan perayaan Tahun Baru 2022 sedapat mungkin dilakukan bersama keluarga, menghindari kerumunan dan perjalanan, serta tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Kemudian melarang adanya pawai dan arak-arakan tahun baru serta pelarangan acara Old and New Year, baik terbuka maupun tertutup, yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Selanjutnya menggunakan aplikasi PeduliLindungi pada saat masuk dan keluar dari pusat perbelanjaan serta hanya pengunjung dengan kategori Hijau yang diperkenankan masuk.
Lalu meniadakan perayaan Natal dan Tahun Baru di pusat perbelanjaan kecuali pameran UMKM.
Pemerintah melakukan perpanjangan jam operasional pusat perbelanjaan yang semula pukul 10.00-21.00 waktu setempat menjadi 09.00-22.00 waktu setempat, dengan kapasitas pengunjung tidak lebih dari 75%, dan penerapan protokol kesehatan ketat.
Kegiatan makan dan minum di dalam pusat perbelanjaan dapat dilakukan dengan kapasitas maksimal 75% dan protokol kesehatan ketat.
Kemudian meningkatkan kewaspadaan pada objek wisata khususnya daerah-daerah destinasi wisata favorit.
Mengidentifikasi tempat wisata yang menjadi sasaran liburan di setiap kabupaten/kota agar memiliki protokol kesehatan yang baik.
Menerapkan pengaturan ganjil-genap untuk mengatur kunjungan ke tempat-tempat wisata prioritas dan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat dengan kapasitas pengunjung 75%.
Memperbanyak sosialisasi dan memperkuat penggunaan aplikasi PeduliLindungi saat masuk dan keluar dengan pengunjung kategori Hijau yang diperkenankan masuk.
Mengurangi penggunaan pengeras suara yang menyebabkan orang berkumpul secara masif dan membatasi kegiatan seni budaya yang menimbulkan kerumunan. (Josua)