Lampung (Netizenku,com): Pengadilan Tinggi (PT) Medan menolak banding Meliana. Alhasil, dia harus tetap menjalani hukuman 18 bulan penjara, karena mengkritik volume adzan.
\”Majelis hakim tingkat banding pada dasarnya sependapat dengan pertimbangan hukum majelis hakim tingkat pertama, yang menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana \’Dengan sengaja dimuka umum melakukan penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia\’ sebagaimana dalam Dakwaan Primair,\” demikian bunyi putusan banding sebagaimana dilansir PT Medan, Rabu (31/10/2018).
Vonis itu diketuk pada 22 Oktober 2018 oleh ketua majelis Daliun Sailan, dengan anggota Prasetyo Ibnu Asmara dan Ahmad Ardianda Patria.
Meliana dinilai melanggar Pasal 156 KUH, dengan perbuatan mengucapkan kata-kata:
Lu..ya..lu…ya. Kita sudah sama-sama dewasa, ini negara hukum, itu masjid bikin telinga gua pekak, sakit kuping, hari-hari ribut, pagi ribut, siang ribut, malam ribut, bikin gua tidak tenang.
Hal itu dikatakan Meliana sambil telunjuk tangannya menunjuk muka Pak Haris Tua Marpaung, Kasidik, saksi Dailami, saksi Haris Tua Marpaung alias Pak Lobe, dan saksi Zul Sambas.
\”Karena pengadilan tingkat pertama telah sesuai dengan fakta hukum yang terungkap di dalam persidangan, sebagaimana termuat di dalam berita acara persidangan dan fakta hukum tersebut telah memenuhi semua unsur hukum dalam Dakwaan Primair Penuntut Umum, maka oleh karena itu pertimbangan majelis hakim tingkat pertama tersebut diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan sendiri oleh majelis hakim tingkat banding dalam memutus perkara ini pada tingkat banding,\” ucap majelis dengan suara bulat.
Lalu mengapa Meliana dihukum 18 bulan penjara?
\”Menurut majelis hakim tingkat banding, lamanya pidana tersebut telah memenuhi rasa keadilan bagi Terdakwa dan bagi masyarakat, karena telah sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh Terdakwa dalam perkara ini,\” ujar majelis. (dtc/lan)